Janji Waktu

Almabiru
Chapter #4

YAKIN TAKDIR ATAU PILIHAN

Lika sudah siap menunggu ustadz Dika mengabarinya. Tak berselang lama, suara klakson mobil terdengar di depan rumah.

Ia bergegas pergi menghampiri sebuah mobil pick up biru sedang terparkir di halamannya. Matanya di buat silau oleh kacamata hitam milik Adam.

Di balik bangku kemudi terlihat Adam sedang duduk manis. "Selamat pagi cantik," sapanya membuat Lika ingin membungkus kepala Adam.

Mendengar Adam melucu membuat Ibu yang baru keluar dari dalam rumah pun ikut tersenyum. "Mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Ibu.

"Oh iya Bu, Lika lupa bilang kalau hari ini Lika mau membantu ustadz Dika membeli perlengkapan lomba bulan depan," jelas Lika.

Pandangan Lika melihat bangku penumpang di sebelah Adam yang kosong. Bak belakang mobil pun juga kosong. Pandangan Lika berhenti di Adam. "Ustadz Dika sedang sibuk, dia mengutusku yang memiliki waktu paling santai diantara para ustadz yang lainnya," jelas Adam.

Selamat. Kali ini Lika benar-benar bersyukur karena di lewatkan dari ustadz Dika. Setelah berpamitan pada Ibu, ia pun berlalu pergi bersama Adam menuju PARADESAN (Pasar Raya Desa Titisan).

"Jangan bertanya dan jangan coba-coba menanyakan apa yang terjadi kemarin malam!" tegas Adam.

Lika bahkan tak memikirkan ingin bertanya karena ia terlalu fokus pada pemandangan alam desa Titisan yang menyejukkan penglihatan.

"Lalu, Apa yang terjadi tadi malam?" tanya Lika dengan wajah penasaran.

"Tidak ada,"

"Sudah Lika tebak. Kak Adam adalah orang yang sangat pemalu saat bertemu wanita. Selain Lika, kan?"

Adam melirik beberapa detik dan kembali mengalihkan pandangannya ke jalan. "Adikku ... Kamu memang benar-benar mengenalku dengan baik," seru Adam sangat puas.

"Kalau Kamu harus memilih antara Aku dan Ana, siapa yang akan Kamu pilih?"

Lika menghirup nafas dalam-dalam sampai memenuhi rongga paru-parunya. "Lika tidak bisa memilih, Karena Kak Adam dan Ana akan bersama. Semoga saja, Aamiin ..."

"Apa yang membuatmu sangat menginginkanAku dan Ana bisa bersama?"

"Ana selalu melihat ke arah Kak Adam. Tapi Kak Adam selalu melihat ke arah lain,"

Adam terdiam sejenak. Ia juga melihat Ana, hanya saja saat Ana tak mengetahuinya. Tidak semua pandangan harus saling bertemu, cukup do'a yang membuat mereka merasa dekat pada satu arah yang berbeda.

"Kalau Dika dan Imam?" tanya Adam membuat Lika sedikit kaget. Dari sekian banyak pertanyaan, kenapa harus mereka berdua yang muncul. Tak mungkin bagi Lika untuk memilih mereka berdua. Sebagai wanita biasa mungkin terlalu naif untuk Lika memimpikan bisa bersanding dengan salah satu diantara ustadz Dika dan ustadz Imam. Jangankan untuk memilih, mendekat pun hampir mustahil. Banyak perbedaan diantara Lika dan mereka yang tak bisa Lika samakan.

Lihat selengkapnya