Ana menjemput Lika untuk pergi menuju lapangan desa untuk persiapan pembukaan sore hari kamis ini. Lika di bonceng oleh Ana dengan sangat hati-hati. Setelah insiden mengerikan waktu itu, Ana menjadi lebih hati-hati saat berkendara di jalanan.
Sampai di lapangan Lika melihat banyak orang yang tak ia kenal namun terus menyapanya. Ia tak tahu nama masing-masing dari mereka namun Lika tetap bersikap ramah.
"Pasti acara FASI tahun ini berjalan lancar," tutur Lika melihat sekeliling lapangan yang di penuhi puluhan tenda dan panggung megah berada di tengah-tengah.
"Ini acara MTQ Lika, Kamu dapat kabar dari mana kalau ini FASI?" Ana tampak bingung mendengar Lika semakin aneh.
Namun Ana memilih untuk memaklumi nya saja karena mungkin Lika sedang tak enak badan pikirnya.
Tapi seingat Lika dia mempersiapkan acara FASI. Dan itu sudah hampir rampung. Namun kini ia mendapati dirinya ada di acara MTQ.
"Oooo ... Dia. Aku ingat dia," Lika menunjuk ustadz Dika yang sangat sibuk kesana kemari mempersiapkan semuanua.
"Dia? Ustadz Dika maksudmu, Kamu memang mengenalnya dan Aku pun juga mengenalnya,"
"Ohh jadi namanya Dika. Ustadz Dika," Lika mengingat siapa yang meminjamkan tangan nya untuk membantu Lika yang hampir terjatuh ke sungai. Ya dia, ustadz Dika.
Tanpa ada perintah dari siapapun Lika berjalan mendekat ke arah ustadz Dika. "Assalamualikum ustadz ..." ucap Lika dengan sangat ramah.
Ustadz Dika melihat Lika dengan tatapan heran. Tiba-tiba saja Lika menjadi baik padanya.
"Waalaikum salam,"
Setelah membalas salam dari Lika, ustadz Dika pun berlalu pergi. Namun Lika tetap mengikutinya. Ana yang menyaksikan hal itu sangat kebingungan. Yang ia tahu Lika tak pernah bisa di dekati tapi kali ini Lima lah yang mendekati ustadz Dika.
Entah apa maksud dari tingkah Lika itu, hanya Lika lah yang tahu. Ana menghela nafas panjang. "Apakah Kamu yang akan membantuku ataukah Aku yang harus membantumu?"
Ana memilih pergi mengerjakan pekerjaan nya ketimbang untuk terus menerus memperhatika Lika yang tiada akhirnya.
Lika masih terus berjalan di dekat ustadz Dika sampai membuat beberapa orang menatap heran pada mereka.
"Lika Kamu kenapa terus mengikuti saya? Kamu harus menyelesaikan pekerjaanmu juga," Ustadz Dika mulai merasa risih dengan keberadaan Lika yang sangat dekat dengan nya.
"Memang Lika harus mengerjakan apa?"
Kembali lagi ustadz Dika dikejutkan oleh Lika. Ia bingung kenapa Lika menjadi sangat berbeda hari ini. Tak biasanya Lika bersikap mencari perhatian orang lain. Ustadz Dika melihat Lika seperti bukan Lika yang ia kenal.
***
Rumah terlihat sangat tenang. Baru beberapa langkah dari pintu, kedua mata Lika tertegun bingung dan kaget melihat dua lelaki sedang ada di rumahnya dan duduk di ruamg tamu bersama Ibu.