Janji Waktu

Almabiru
Chapter #21

SETELAH HENING

“Kita lihat, apa yang Mail jual?”

Adam tersenyum tatkala melihat wajah kesal Lika saat ia menyebutnya ‘Mail. Itu adalah panggilan kesayangan Adam untuk adik satu-satunya yang ia miliki.

“Ana, Kamu saja. Aku ingin ke belakang sebentar,”

Lika memberikan tugasnya pada Ana dan pergi menuju belakang aula. Adam yang melihatnya pun cukup kaget dan bingung. Tidak biasanya Lika bersikap demikian hanya karena Adam memanggilnya dengan nama ‘Mail’.

“Kenapa dia? Tidak biasanya bersikap dingin seperti itu,”

“Sejak tadi pagi dia bilang kepalanya pusing, makanya dia bersikap seperti itu. Maklumi saja,”

“Aku sudah menyuruhnya untuk pergi ke dokter rapi dia selalu menolaknya. Barangkali nanti Kamu bisa membujuknya untuk segera melakukan cek up agar kita tahu apa penyebab Lika melupakan banyak hal,”

“Mungkinkah itu?”

“Itu apa maksudmu?”

“Kamu ingin menjadi penjual atau pembeli? Kalau ingin menjadi pembeli silahkan menyeberang ke sebelah sana,”

Ustadz Fa’iq datang menyerang Ana dan Adam yang sedang berbicara serius. Karena surat yang waktu itu di kembalikan Adam pada ustadz Fa’iq, sekarang ustadz Fa’iq bersikap dingin pada Adam sampai tidak mau berbicara pada Adam.

Padahal Adam hanya mengikuti saran Lika. siapa yang jatuh cinta, dia yang bergerak sendiri. setiap mengajar pun ustadz Fa’iq juga bertemu dengan Ana, tapi ia tak berani memberikannya secara langsung. Perlu keberanian yang besar untuk mengatakannya pada Ana yang menolak untuk dekat dengan lelaki kecuali Adam seorang.

“Kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum,”

“Waalaikum salam. Ustadz tidak jadi beli?”

Adam hilang di kerumunan warga yang memadati tempat warung amal. baru saja Ana bisa berbicara dengan Adam, tiba-tiba seorang pengganggu datang dan mengacaukannya.

“Ustadz …” panggil Ana namun tak mungkin terdengar lagi. Pandangan Ana menatap serius pada ustadz Fa’iq yang menyunggingkan senyum tanpa rasa bersalah pada Ana. “Jaga saja sendiri,” ucap Ana merajuk dan meninggalkan jualannya.

“Kenapa dia marah denganku? Apa salahku?” dan kenapa harus Aku yang menjaga ini?”

Seperti senjata makan tuan. Kini ustadz Fa’iq harus melayani para pembeli yang langsung memenuhi mejanya.

Lika pergi ke dalam ruang perlengkapan untuk beristirahat sebentar. Kepalanya terasa pusing dan pertutnya terasa sakit. Sejak tadi pagi ia tak memakan apapun kecuali minum air putih.

Lihat selengkapnya