Tiap menit berlalu mata Lika semakin jelas melihat sekelilingnya. Mata Lika menatap satu persatu orang yang ada, mulai dari Ibu yang tak hentinya menampakkan senyum lega. Adam yang sedari tadi menahan air matanya untuk tak jatuh dan Ana yang tak hentinya menatap tak percaya pada Lika yang menampakkan senyum padanya.
“Apa ini mimpi? Kenapa Aku berada di sini?”
Lika masih bingung dengan apa yang terjadi padanya saat ini. Ia coba untuk menengok ke luar ruangan barang kali orang yang ia cari ada di sana.
“Kamu sudah koma selama hampir 6 bulan. Setelah operasi saraf vaskular yang Kamu lakukan awal tahun lalu setelah Kamu pingsan di dekat pintu dapur. Kondisi Kamu menjadi semakin kritis setelah operasi selesai. Dokter sempat menyarankan untuk melepas alat bantu karena jantungmu sudah berhenti berdetak selama hampir 5 menit. Tapi Ibu yakin kalau Kamu akan bangun. Tapi keajaiban datang, meski kamu belum sadar tapi jantungmu kembali berdetak. Dan hari ini Kamu bisa membuka mata dan kembali mengenali semuanya,”
Lika masih tak percaya dengan apa yang terjadi sekarang. Seingatnya dia sedang tidur di dalam kamar dan terbangun di dalam ruang ICU. Setelah sadar, Lika langsung di pindahkan ke ruang rawat inap untuk memulikan keadaannya.
“Sepertinya Ibu harus pulang dulu. Sepertinya Ibu akan sangat sibuk mulai sekarang karena putri Ibu sudah kembali,”
Lika tersenyum mendengar penuturan Ibunya yang terlihat sangat bahagia.
“Kalau begitu, Aku juga pamit Lik, sekalian Aku mengantar Ibu pulang,”
“Hati-hati ya, nanti balik ke sini lagi kan?”
“Nanti setelah semua urusan rumah selesai,” sahut Ibu
Ibu dan Ana berlalu pergi meninggalkan Adam dan Lika. Karena Ibu pulang, sekarna tugas Adam yang menjaga Lika. Ada banyak hal yang sangat ingin Lika ketahui selama ia tak bangun. Ia merasa benar-benar mengalami banyak kejadian yang mengguncangkan hatinya.
“Kak Adam benar Kak Adam, kan?”
“Lalu Kamu pikir Aku siapa? Adam bah dukun?” canda Adam.
Lika masih tetap tak merespon candaan Adam yang sama sekali tak lucu bagi Lika.
“Ustadz Dika dimana? Dan ustadz Imam? Mereka berdua ada di depan?”
“Sebentar lagi mereka akan datang, kenapa memangnya mencari mereka berdua?”
“Apa mer—“
“Assalamualaikum,”
“Waalaikum salam. Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga,” sahut Adam dengan senangnya.
Dari balik bahu lebar Adam, tampak seorang lelaki berjalan mendekat. Tak hanya sendiri tapi berdua dengan seorang wanita yang ada di belakangnya.