Wajah cantik dan berseri dari Ana sangat terlihat jelas karena hari ini menjadi hari paling bahagia seumur hidupnya. Melihat sahabat dan satu-satunya Kakak yang ia miliki hidup bersama, membuat Lika tak henti-hentinya bersyukur.
“Malika … Apa kabar”
Seseorang menghampiri Lika yang masih sibuk menjamu tamu penting dari Adam. Salah satunya orang yang sedang menyapanya sekarang.
Seorang wanita dengan gamis cokelat motif bunga dan jilbab berwarna senada menyapa Lika dengan sangat ramah. Pandangan Lika terperangah kaget tatkala mendapati Rumi datang bersama lelaki yang Lika kenal.
Inilah akhir dari segalanya. Semua yang tak terjadi di dunia mimpi sekarang benar-benar jadi kenyataan di dunia nyata. Yang lebih mengagetkan bagi Lika adalah tatkala lengan Rumi melingkar erat di tangan ustadz Kahfi.
“Alhamdulillah baik. Kamu?”
“Seperti yang Kamu lihat sekarang,” sahut Rumi dengan senangnya.
Bukan ustadz Dika yang bersamanya namun ustadz Kahfi yang menyukai Rumi dalam diam dan pada akhirnya mereka memang di takdirkan bersama. Satu hal yang terlintas di benak Lika apakah takdirnya juga akan berbeda seperti mereka. Menyukai saja tidak cukup karena ada Allah yang menentukan segalanya.
Memang takdir dan waktu selalu memilih keadaan yang pas. Dari semua orang yang Lika temui, semuanya mengalami akhir yang bahagia.
“Lika kenapa bengong??” seseorang menepuk pelan pundak Lika sampai membuatnya kaget.
Mayla dan ustadz Imam yang di tunggu Adam akhirnya tiba. Lika menggeleng dengan senyuman berat yang di paksakan. Jika ditanya apa dia baik-baik saja? Tentu jawabannya tidak.
“Yang lain mana?” tanya ustadz Imam.
“Lagi pada makan ustadz. Kalau ustadz Dika belum muncul sejak tadi,” sahut Lika mencoba untuk tetap tennag.
“Benarkah. Baiklah kalau begitu, kita mau makan dulu soalnya sejak berangkat belum makan apa-apa,”
Lika mengangguk cepat. “Makan yang banyak Bu ustadzah,” canda Lika pada Mayla yang sudah ia anggap seperti Kakak nya sendiri meski hanya bertemu 1 kali di dunia nyata.
Menjelang siang para tamu undangan semakin betambah banyak. Tak hanya Lika, Ibu puns angat kewalahan bersalaman dengan para tamu. Dan selama itu pula Lika tak mendapati kehadiran ustadz Dika. Hanya dia satu-satunya tamu penting yang belum hadir.
“Ustadz Dika benar-benar belum datang?” tanya Adam pada Lika. Jika sudah datang tak mungkin Lika berdiri lama di depan janur kuning seperti kurang kerjaan saja.
Lika tak mengatakan apapun. Ia hanya mengangguk malas sembari berlalu pergi. semua tak akan selesai sebelum ustadz Dika datang.
“Mau kemana Kamu?” tanya ustadz Imam yang juga searah dengan Lika.