"Firan! Woy denger gak?" Firanda tersentak, menautkan alis lalu mengangkatnya sebelah.
Sean terkekeh melihat raut wajah Ardi sebal kerena diabaikan oleh Firanda, berkali-kali di panggil tidak menyahut. Entah apa yang dipikirkan oleh Sahabatnya itu.
"Hayo, apa sih yang lo lamunkan? Melamun lo keterlaluan," ucap Sean menggoda. "Noh, liat Ardi sampe manyun gitu," ucap Sean menunjuk Ardi yang tengah kesal karena Firanda tidak main dengan benar.
"Kapan gue bengong?" Tanya firanda linglung, ia lupa jika saat ini sedang balapan dengan Sean.
Nio berdecak, "Kapan gue bengong! Tuh liat mobil lo." tatapan Firanda teralih pada televisi dan benar adanya mobil yang dikendalikannya maju-mundur menabrak tebing.
"Kok bisa?" pertanyaan retorik itu diabaikan. Firanda menautkan alis memperhatikan ketiga temannya yang bersiap-siap. "Loh mau balik, kok cepat banget?"
"Liat jam Pak! noh, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Gue cabut," pamit Sean sebelum meninggalkan perkarangan rumah Firanda.
"Yoo, hati-hati," saut Firanda. Kedua cowok itu mengangguk lalu melajukan motornya setelah mengklakson.
"Lo gak pulang juga? Atau mau nginap?" Tanya Firanda pada Ardi yang masih setia pada layar televisi.
"Yes! akhirnya gue bisa mengalahkan rekor lo." Ardi mengepalkan tangannya ke udara, bangga dengan pencapaiannya. Ia berhasil mengalahkan rekor tertinggi yang diduduki oleh Firanda.
"Gak gue gak nginep," balas Ardi menjawab pertanyaan temannya.
Sebelum pulang ia mengeluarkan Snack ring keju yang sama persis dengan yang ia makan beberapa hari lalu dari tasnya. "Nih, gue ganti punyanya Tina, sampaikan permintaan maaf gue ya."
Ardi menyerahkan dua bungkus Snack tersebut kepada Firanda. Firanda terkekeh geli dan menolaknya.
"Lo kayak sama siapa aja deh, gak usah kali. Lagian waktu itu gue gak serius lagi."
"Gak apa anggap aja sebagai hadiah, lagian Tina juga Adik gue." Ardi meletakkan Snack ring keju tersebut di atas meja. Pegal tangannya.
"Gue cabut dulu ya," Pamit Ardi kemudian.
"Yoi, hati-hati!" Pesan Firanda pada temannya itu. "Makasih ya snacknya, pantesan tas lo ngembung dan marah banget saat Sean menepuk tas lo. Ternyata isinya beginian." Lanjut Firanda terdengar olok-olok oleh Ardi.
"Iya lah, kalo pecah kan berabe, rusak buku gue ntar dan makanannya terbuang sia-sia, mubazir itu temannya setan. Udah ah, gue pergi dulu, malam."
Firanda menutup pintu dan menguncinya, ia merapikan barang-barang yang bersepah di ruang tamu, mematikan televisi dan menata alat permainan di tempatnya, tak lupa Snack yang berada di atas meja ia letakkan di dalam lemari khusus makanan ringan.
Firanda duduk di balkon kamar memetik gitar tanpa minat, suara sumbang terdengar kala ia memainkan gitar. Setelah mengatur kuncinya barulah nada yang keluar terdengar indah.
Ditemani jus mangga dan setoples kuaci mulutnya komat-kamit merangkai kata. Syair absurd itu terdengar indah kala terucap begitu saja. Saat ingin mengulanginya ia lupa akan apa yang ia ucapkan tadi.
"Telah lama ku tak bicara
Mulut kaku 'ntuk merangkai kata
Mulut bungkam selama ini enggan bicara
Menyuarakan aspirasi yang di pinta
Setuju dengan semua
Seakan menyiksa raga