Bel pulang sekolah telah berbunyi lima belas menit yang lalu, kelas sudah mulai tampak sepi. Airain mulai merapikan barang-barangnya yang berserakan di atas meja.
Hari ini giliran jadwal piket Airain. Jadwal piket rutin yang dilakukan setiap Minggu, setiap siswa kebagian tugas satu kali dalam seminggu dengan 5 orang perhari.
Para cowok telah melaksanakan tugasnya yaitu menaikkan bangku ke atas meja tanpa disuruh terlebih dahulu. Airain mengambil sapu yang terletak di belakang pintu.
"Lo tiga baris ya, gue sisanya." Ucap Airain pada teman piketnya bernama Shania, ia sudah memulai menyapu dari belakang.
"Kemaren juga gitu, gantian lah." Protes Shania tidak setuju. "Gue sampai sini dan lo yang melanjutkan sisanya." Putusnya kemudian.
"Baiklah, tapi lo bantuin gue sampai selesai ya."
"Ok." Balas Shania tanpa melihat Airain. Melanjutkan kegiatan piketnya, menyapu lantai.
Airain juga memulai menyapu dari belakang, ia mulai mengeluarkan sampah yang terpendam di dalam laci. Kumpulan nyamuk berhamburan keluar.
"Ini yang piket gak pernah periksa laci ya, dan yang punya bangku gak pernah buang buang sampah pada tempatnya." ucap Airain sambil menepuk-nepuk nyamuk yang bertebaran.
Airain melihat Shania yang sudah sampai di depan pintu. "Kok gue banyak sampahnya ya?" Shania menoleh ke belakang, tersenyum tipis.
"Itu karena lo terlalu rajin. Biarin aja lah sampah yang ada di laci itu, tugas kita kan cuma nyapu aja," ucapnya setelah meletakkan sapu di belakang pintu. Lalu ia duduk di meja guru menemani Airain.
"Mana bisa gitu, gak bersih lah ini kelas. Pantas saja bawaannya ngantuk di pagi hari, orang baru datang aja sudah di nyanyiin nina bobok oleh nyamuk."
"Itu kan bukan gue, yang penting laci gue bersih. Salah sendiri kenapa malas buang sampah pada tempatnya!" ucap Shania acuh tak acuh.
"Gak boleh gitulah, ini kan kelas kita jadi kita bersama yang harus bertanggung jawab menjaganya." Ucap Airain. Ia mengeluarkan semua sampah yang ada di laci. Memulai menyapu dari awal.
"Rajin banget dah! Itu kan udah gue sapu tadi, malah disapu lagi," tukas Shania mengejek. Ia hanya melihat saja tanpa ada niat membantu Airain menyapu.
"Tapi lacinya berisi, mangkanya gue keluarin."
"Serah lo deh Ai, capek gue." Ucap Shania masih setia bermain game di gawainya.
Airain menyapu tanpa banyak bicara, dengan cepat Airain menyelesaikan tugasnya. Setelah sampai di depan pintu Airain meminta temannya memegang pengki agar saat menyapukan sampah tidak terjatuh.
"Lo mandiri lah, masa ini juga gue yang ajarin." Walaupun mengomel ia tetap menolong Airain. Menampung sampah dengan pengki dan memindahkannya pada tempat sampah.
"Kelar juga akhirnya. Makasih loh ya."
"Iya sama-sama, gak masalah." Shania diam sejenak. "Ambil gih tas lo, biar ini kelas bisa dikunci." Ucapnya lalu menutup sebelah pintu kelas.
"Eh iya, bentar." Airain mengambil tasnya. Setelahnya ia membantu temannya mengunci pintu dengan gembok.
"Temanin gue meletakkan kunci ini ke kantor dulu ya, nanti gue anterin lo sampai depan deh sebagai ucapan terima kasih." Airain mengangguk setuju. Berjalan dari sini keluar lumayan jauh juga.
Mereka berjalan beriringan ke kantor, sambil berbincang-bincang mereka telah sampai di kantor guru. Airain meminta untuk menunggu di luar dan membiarkan Shania yang meletakkan kunci tersebut di ruang guru.
"Ayuk pulang." Airain mengangguk, perlahan ia mengikuti langkah temannya ke parkiran.