Drtt... Drtt... Drtt...
Getaran gawai mengganggu konsentrasi, Firanda menepikan motornya, mengecek siapa yang meneleponnya di saat seperti ini. Setelah menggeser tombol hijau Firanda berbicara tanpa salam terlebih dahulu. "Apa?!"
"Sabar elah, jangan esmosi. Mana helm gue?" Tanya Ardi di seberang sana. "Ouh, itu. Sabar dulu napa, Gue lagi di jalan ini." Firanda memutuskan talian telepon tersebut secara sepihak, malas mendengarkan Omelan Ardi yang tidak ada habisnya.
Firanda memacu motornya membelah jalanan. Sambil mengingat jalan mana yang ia tempuh tadi, jalan ini asing baginya karena baru pertama kali menjajakinya.
Ardi segera menghampiri Firanda yang baru saja memasuki gerbang sekolah. "Lama amat sih lo!"
Firanda menatap jengkel temannya yang satu ini, cerewet banget. Sepanjang perjalanan Firanda harus menahan geli karena ponsel cowok itu bergetar tiada henti. Tidak ada sabarnya jadi orang.
"Nih, lain kali lo cuci dulu helm lo baru lo pinjamin ke gue. Apek amat baunya." Firanda menyodorkan helm yang ia sangkutkan di jok belakang.
Ardi terkekeh. "Biar begini lo pake juga kan?" tanya Ardi sambil menaik turunkan alisnya.
"Iya terpaksa!" ujar Firanda penuh penekanan. Kalau bukan karena ingin mengantarkan Airain pulang, mungkin ogah kali untuk memakai helm yang entah kapan terakhir kali dicuci itu.
"Lagak lo, lagian siapa suruh ambil punya gue tanpa permisi? Btw, baru gue cuci itu."
"Iya, tapi lo cucinya kapan? Satu tahun belakangan?"
"Kok lo tau sih? Ya kagak lah! Belum gue cuci selama beberapa bulan aja."
"Sama aja ogeb!" Firanda mengambil daun dan melemparkan pada Ardi. "Udah ah gue cabut dulu." Firanda meninggalkan Ardi di parkiran.
"Iya, hati-hati lo! Thanks..."
"Thanks." ujar Firanda yang merasa tersindir.
Airain mencek gawainya setelah isya, mana tau jika ada tugas mendadak yang baru diberi tahukan ketua. Airain membaca satu - persatu pesan yang masuk, ia memulainya dari grup setelah menggulirkan lima menit barulah ia keluar dari grup.
Setelah lima grup Airain jajaki dan ikut nimbrung untuk beberapa pesan. Ia membuka pesan pribadi dari Nami.
Namina Ra
Ai, maaf gue pulang duluan. Gak sempat pamit tadi, maaf ya...
15:00
🥺
15:02
Vita-
Aiiii!
15:02
Sorry soal buku tadi
15:02
Gue nyesel banget ninggalin Lo tadi siang
15:07
Bukannya sengaja tapi keadaan yang membuat gue harus tega membiarkan elo sendiri tadi
15:08
Maaf ya Ai
15:08
Salam cantik Vitalia 😘
15:20
Airain membalas satu - persatu pesan pribadi yang datang kecuali kedua temannya itu, ia hanya sekedar membacanya. Tak ada niat untuk membalas karena merasa tidak diacuhkan dengan pergi tanpa pamit.
"Untuk apa gue peduli jika dia malah cuek sama gue?" Airain bicara pada boneka panda, teman tidurnya.
"Lo gak asik! Masa dari tadi gue didiemin sih Pari?" Ucap Airain memencet hidung boneka panda tersebut.