MALKA

Efyna
Chapter #10

MALKA 9

Jam pelajaran telah berganti sepuluh menit yang lalu, guru mata pelajaran lain memasuki kelas, semuanya mengeluarkan buku tulis dan buku paket tanda siap belajar. 

Guru di depan tampak mengeluarkan kertas dari sebuah amplop, merapikannya sebelum dibagikan.

"Nah, sesuai dengan kesepakatan kita minggu lalu bahwasanya kita akan mengadakan ulangan harian. Apakah kalian siap? Simpan buku dan keluarkan penanya!" instruksi diberikan oleh Buk Senty selaku guru matematika.

Buk Senty membagikan lembaran soal mulai dari ujung kanan yang paling depan. Beliau membagikan soal sesuai dengan jumlah per deretan bangku. Sembari memberikan soal Bu Senty menjelaskan Peraturannya. "Peraturannya masih sama! Jadi jangan coba-coba! Kalo kedapatan tanggung resiko. Paham?!"

"Paham buk!" Semua menjawab serentak dengan semangat.

Setelah membagikan soal Buk Senty kembali ke bangkunya, menanyakan apakah muridnya sudah kebagian soal sebelum beliau menduduki bangkunya. "Sudah kebagian semuanya kan?" seorang yang berada dipojok kiri mengangkat tangan. "Bu saya belum."

"Dari mana saja kamu?" Tanya Bu Senty. "Nih, kerjakan dengan benar." Bu Senty memberikan soal padanya.

"Karena sudah dapat soal semua silahkan membaca doa terlebih dahulu sebelum menjawab soal, kerjakanlah soal-soal yang dirasa mudah terlebih dahulu. Ingat kalian hanya boleh merubah urutan nomor soal dan jangan ada yang merubah nomor soal." Bu Senty menjeda ucapannya sesaat. "ujiannya dimulai dari sekarang. Pada menit ke-45 ke depan lembaran jawaban soal harus berada di meja ibuk." Lanjut Buk Senty kemudian.

"Yah, ibu mana cukup jika waktunya segitu? Tambah lah Bu," ucap

Lima menit pertama semua mencatat soal, menit ke-30 agak berisik, sibuk mencari jawaban kesana - kemari. Karena terlalu berisik sesekali buk Senty menggebrak meja. Dan menit ke-35 Buk Senty meninggalkan kelas gegara panggilan alam. Semua berdiri menanyakan jawaban soal pada teman tidak ketercuali Ardi. "

"Ran, rumus mencari suku ke-n apa ya? Lupa gue," ucap Ardi sambil menggaruk kepalanya tidak gatal.

"Ntah," jawab Firanda cuek, Ardi berdecak kesal, tanya rumus saja pelit gimana jika tanya jawabannya, bisa-bisa kena aduin ke Buk Senty.

"Pelit lo!" Firanda melayangkan tatapan tajam saat Nio dengan mudahnya memberikan jawaban kepada temannya yang bertanya tadi, Ardi.

"Biasa aja elah, sesekali baik sama orang." ucap Nio tidak mengacuhkan tatapan tajam Firanda.

Firanda mendengus. "Sesekali lo bilang?" Nio mengagguk, Firanda berdecak. "Lo akan memberi peluang pada mereka yang nggak mau belajar supaya gak belajar karena ada lo sebagai penyelamat mereka dikala ujian tiba, paham gak!" Jelas Firanda sambil mengambil jawaban soal yang berada di meja Ardi.

Nio mengangguk. "Iya juga ya, gue gak kepikiran hingga ke sana."

Lihat selengkapnya