Ardi kembali dengan snack ring berperisa keju berukuran jumbo dan sekaleng minuman cincau. Dengan santainya ia duduk di bangku yang ia duduki tadi. Ia memasukkan Snack ring tersebut pada jari tangannya, serupa cincin yang memenuhi kelima jarinya.
Ia memakan satu persatu ring tersebut, hingga lupa menawari yang punya. Ia meminum minuman Kaling itu. "Enak ya yang gratisan gini, Nikmat bener." Ardi kembali memakan ring tersebut.
Firanda menatap cuek, tidak memerdulikan Si lapar yang satu ini. "Lo mau Ran, manis-manis gurih gimana gitu," ucap Ardi menawarkan sambil memamerkan ke-lima jarinya kembali berisi.
"Lo aja, gue gak makan begituan!"
"Halah lagak lo! Gak makan begituan pula, siapa sih yang ngisi kulkas kalo bukan elo yang rajin ke mini market buat beli nih makanan ringan?"
"Itu pinta Tina kali, kalo nggak ogah beli begituan!" Ucap Firanda yang mengelak jika ia memakan makanan ringan itu.
"Ran cerita dong, jangan bilang lo begini gegara Vega?!" Firanda mendongak melihat Ardi sesaat lalu kembali memainkan gawainya.
"Jadi beneran lo putus dengan Vega? Astaga naga! gak nyangka gue jika seorang Firanda putus segitunya galau!" ucap Ardi dramatis.
"Trus apa yang lo rusak? Jangan bilang kalo lo-"
"Gue masih punya akal untuk nggak melakukan itu!" Potong Firanda cepat
"Trus apa dong?" Ardi makin penasaran, sudah dua hari ia memikirkan hal tersebut.
"Gue udah merusak kepercayaan dia terhadap gue, gue bego! Gue yang mutusin gue juga yang galau, gue udah minta balikan tapi dianya gak mau. Udah ada pacar katanya."
"Wow! Hebat juga ya mantan lo, putus baru seminggu eh udah ada pacar aja, keren ..." Kagum Ardi.
Firanda kesal dengan ledekan Ardi pun mengambil pena yang ada di nakas lalu melemparkannya ke arah Ardi.
"Sakit bego!" Ardi mengusap kepalanya yang terkena pena. Sebenarnya sih gak sakit cuma ia hanya terkejut secara tiba-tiba pena mendarat cantik di keningnya.
"Ran-"
"Berhenti ngomong lo kalo nyakitin hati," potong Firanda cepat, ia masih kesal dengan mantannya yang tidak mau diajak balikan itu.
"Gue cuma mau pamit kali, perut gue udah kenyang gue pulang ya." Ardi menepuk perutnya, memberi tau jika perut itu sudah begah dengan berbagai makanan yang ia ambil di dapur. Ia menyandang tasnya lalu, keluar dari kamar Firanda. Setibanya di ambang pintu. Ia berbalik dan berkata, "Terima kasih makanannya."
"Yoi, gak masalah buat gue, cuma kalo Tina ngamuk lo yang harus tanggung jawab."
"Kenapa gak lo bilang kalo itu punya Tina? Ah, terpaksa ganti kan gue!" Rutuk Ardi pada diri sendiri. Kebiasaannya berkeliaran dan memakan makanan yang ada di rumah ini membuatnya lupa bahwa makanan punya Tina tidak boleh disentuh sedikit pun. Adik Firanda itu memang gemar dengan cemilan, jika ia tidak memakan cemilan sehari saja maka seisi rumah akan heboh dibuatnya.