Mallory

Amalia Dwiyanti
Chapter #2

Bab 1. Pertemuan

BRUG BRUG BRUG

Suara Ibu mengetuk pintu kamar dengan sangat keras membuat tidurku terganggu.

“Cir ieu jam sabaraha ai kamu gak akan bangun?” Teriak ibu dari depan pintu kamarku.

(Cir ini jam berapa kamu gak akan bangun?).

Aku segera membuka mataku perlahan dan menggerakan tanganku untuk mencari ponsel agar aku dapat melihat pukul berapa saat itu.

06:28

Bilangan waktu yang kulihat dari ponselku membuat aku segera membukakan mataku selebar-lebarnya dan segera bangun dari ranjang tidurku lalu berlari ke kamar mandi.

“Mandi kelamaan. Bodo amat yang penting gak bau lah”Pikirku

Alih-alih mandi aku hanya mengikuti yang ada di pikiranku, aku hanya menyikat gigi, membasuh wajah dan menggosok ketiakku dengan anduk kecil.

“Cir. Lila banget. Adon duluan. Bay” Teriak A Doni dari depan rumah .

(Cir. Lama banget. Adon duluan. Bay)

Adon alias A Doni adalah kakaku, umurku dengannya tidak beda jauh hanya beda 1 tahun, itupun kurang. Sekolahku dengannya hanya berjarak mungkin bisa dibilang hanya 10 langkah dari sekolahku menuju ke sekolahnya. Ahh, jangan terlalu dalam membahasnya, karena ini bukan cerita tentangnya.

Aku selesai mengenakan seragamku lalu menggunakan parfum yang sangat banyak agar bau badanku tercium layaknya orang yang baru mandi.

 “Buuuu, aku pinjem motor. Adon udah duluan” Teriakku sambil membawa kunci motor Ibu yang ada di atas meja tamu.

Aku segera berlari menuju garasi tanpa menunggu jawaban ibu memberikan izin atau tidaknya jika motornya aku pinjam.

“CYRA BERANGKAT. ASSALAMUALAIKUM” Teriakku dari garasi setelah menghidupkan motor.

Aku segera menjalankan motor keluar dari rumah dan mengedarainya dengan kecepatan yang sangat cepat. Layaknya seorang pembalap, aku sudah sangat mampu dalam menyalip kendaraan lain, mau itu kendaraan roda dua ataupun roda empat.

“SHITTT. LAMPU MERAH” Gerutuku dalam hati.

Aku segera melihat jam tangan yang aku kenakan, aku terkejut saat mengetahui waktu sudah menunjukan pukul 07.00. Sedangkan perjalanan ke sekolah saat itu jika tidak macet masih sekitar 15 menit lagi. Jika ditambah macet mungkin aku akan telat tiba ke sekolah.

Tidak bisa dipungkiri hatiku sangat tidak tenang sekali, jika saja hari ini bukan hari Selasa mungkin aku masih bisa santai karena selain hari Selasa, guru yang lain masih bisa aku kibulin sih jika aku terlambat. Berbeda dengan hari Selasa, pelajaran pertama aku akan bertemu dengan Pak Atna,dan beliau menjabat sebagai Kesiswaan, aku akan di marahi abis-abisan jika dia mengetahui aku sering datang terlambat.

BRUGGGGGGGG

Tiba-tiba motor cukup besar menabrak motorku dari belakang, aku langsung membalikan badanku dan melihat siapa yang mengendarai motor itu.

Aku tidak bisa melihat wajahnya, namun aku dapat mengenali celana sekolah yang dia pakai sama dengan celana seragam sekolah yang digunakan anak laki-laki di sekolahku. Kali ini aku tidak bisa memarahinya secara langsung karena jika aku menghabiskan waktuku untuk memarahinya aku akan terlambat datang kesekolah.  Aku segera melihat plat nomor motor itu dan menghafalkannya, untuk memarahinya di sekolah nanti. Apalagi jika motor ibu ada yang rusak aku akan segera meminta ganti rugi kepadanya tanpa berpikir panjang.

Lampu hijau telah terlihat oleh mataku, aku langsung mengendarai motorku dengan sangat kencang agar aku dapat sampai tepat waktu di sekolah.

-

07.10

Saat aku tiba di sekolah aku segera melepas helmku dan melihat jam tanganku agar aku dapat mengetahui apakah aku datang tepat waktu atau datang terlambat.

“Untung aja, emang jago si kamu Cir” Ucapku dengan sangat pelan saat memperhatikan wajahku di depan kaca spion motor.

Lihat selengkapnya