Suara gemuruh itu datang begitu tiba-tiba, mengguncang seluruh isi rumah kami di Yogyakarta pada pagi hari yang seharusnya tenang di tahun 2006. Awalnya hanya getaran ringan, seperti kereta api yang melintas jauh. Tapi detik demi detik, getaran itu semakin kuat, hingga lantai di bawah kakiku bergetar hebat. Semua benda di rumah berderak, lemari besar di sudut kamar mulai bergoyang dan seolah akan jatuh.
"Mas, lari!" Adikku berteriak panik, mengguncang lenganku. Tanpa berpikir panjang, aku menarik mereka ke bawah kolong tempat tidur. Di situ kami bersembunyi, berusaha melindungi diri dari kemungkinan tertimpa lemari atau benda lainnya. Lantai seakan bergoyang-goyang seperti lautan yang dihantam badai, dan atap di atas kami berderak seolah akan runtuh.
Dari luar, terdengar suara gemuruh semakin memekakkan telinga. Jeritan tetangga yang berlari keluar, suara benda-benda jatuh, dan debu beterbangan di udara. Rasanya seperti kiamat kecil. Sambil gemetar, aku terus berdoa, berharap agar semua ini segera berakhir.