Usiaku sudah menginjak 29 tahun ketika Elly, adik sepupuku, datang dengan sebuah kabar yang mungkin akan mengubah hidupku. Elly adalah sepupuku yang lebih muda beberapa tahun dariku. Dia lulusan jurusan Ilmu Komunikasi, fokus pada periklanan, di sebuah universitas negeri ternama. Meskipun sudah lulus kuliah dan bekerja sebagai customer service salah satu operator seluler di Indonesia, Elly juga mondok di Pondok Pesantren Al Barokah, tempat di mana ia mendapat banyak pelajaran agama yang mendalam.
Hari itu, saat aku sedang menyiapkan bahan untuk proyek di kantor, telepon selulerku berdering. Nama Elly muncul di layar. Aku menjawab panggilan itu, dan terdengar suaranya yang ceria di ujung sana. "Mas Andre, aku mau cerita sesuatu!" katanya dengan nada bersemangat.
Aku mengerutkan kening. “Cerita apa, Elly?”
"Kemarin aku ketemu seorang muslimah di pondok, Mas. Namanya Ita Mutiara Dewi. Dia kakak kelasku di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Aku ambil jurusan Ilmu Komunikasi, sedangkan Mbak Ita ambil jurusan Ilmu Hubungan Internasional."
“Oh, iya?” tanyaku, agak penasaran. “Lalu, apa hubungannya denganku?”
Elly tertawa pelan. "Mas Andre kan sudah hampir kepala tiga. Sudah saatnya serius cari pendamping hidup. Aku lihat Mbak Ita ini sepertinya cocok sama Mas. Dia sesuai dengan kategori yang Mas suka. Menggunakan busana muslimah tampangnya masuk, hitam manis, berkacamata, dan yang penting, dia seorang book nerd seperti Mas."
Aku terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja disampaikan Elly. Memang benar, aku sudah mendekati usia 30 dan mulai merasa perlu untuk mencari pasangan hidup. Selama ini, aku lebih fokus pada pekerjaanku dan tanggung jawabku kepada keluarga, terutama Mamah dan adik-adikku. Namun, bukan berarti aku tidak pernah memikirkan pernikahan. Aku hanya ingin melakukannya dengan cara yang sesuai dengan prinsipku, yaitu melalui proses ta'aruf.