Suatu malam, saat kami sedang duduk di ruang tamu kontrakan, istriku mengutarakan ide yang tiba-tiba.
"Mas, gimana kalau kita beli rumah sendiri? Pindah dari kontrakan ini, punya tempat yang benar-benar milik kita," katanya sambil memandangku dengan mata penuh harapan.
Aku terdiam sejenak. Pikiran memiliki rumah sendiri tentu saja sudah sering terlintas di benakku, tapi aku tahu itu bukan hal yang mudah. Rumah adalah investasi besar, dan saat itu kondisi keuangan kami masih jauh dari mampu untuk membeli rumah secara tunai.
“Tapi, beli rumah itu butuh uang yang banyak, Dik. Kita memang sudah mulai menabung, tapi masih jauh untuk bisa punya cukup uang untuk beli rumah,” kataku, mencoba realistis.
“Iya, aku tahu,” jawabnya, “Tapi, kita bisa coba tanya Om Seno, Om jauhmu Mas. Dia kan punya bisnis properti. Mungkin kita bisa minta bantuan untuk membeli rumah dengan cara mengangsur ke beliaua.”
Om Seno adalah salah satu kerabat dari pihak Mamah yang cukup sukses di bidang properti. Beliau sering membantu anggota keluarga lain yang membutuhkan tempat tinggal dengan cara memberikan keringanan dalam pembayaran. Istriku berpikir, mungkin Om Seno bisa memberikan solusi bagi kami untuk memiliki rumah sendiri, tanpa harus terjebak dalam beban bunga yang biasanya dikenakan oleh bank jika kami mengambil KPR (Kredit Pemilikan Rumah).