Pertemuan pertamaku dengan dokter gizi awalnya penuh harapan sekaligus kekhawatiran. Setelah bertemu dengan dokter dari berbagai spesialisasi, konsultasi ini menjadi bagian penting dalam perjalananku menuju berat badan ideal. Dokter gizi waktu itu menekankan bahwa pola makan ketat dengan total 1500 kalori per hari adalah langkah terbaik untuk mempercepat proses penurunan berat badan. Dengan tekad penuh, aku berusaha mematuhi arahan itu.
Namun, setelah beberapa minggu menjalani pola makan tersebut, tubuhku mulai merespons dengan cara yang tidak kuharapkan. Aku sering merasa lemas, pusing, dan sesak napas, terutama ketika bangun pagi. Belum lagi, hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan kadar hemoglobin yang rendah. Rasanya ada yang tidak seimbang, dan akhirnya dokter menyarankan agar aku berkonsultasi kembali dengan dokter gizi untuk penyesuaian.
Hari itu, aku dan Bu Ita kembali duduk di ruang tunggu, bersiap untuk bertemu dokter gizi. Sesekali, Bu Ita menatapku dengan pandangan penuh perhatian. “Mas, kita kan belum terbiasa makan terlalu sedikit, jadi kita lihat saja apa saran dokter kali ini, ya?” ujarnya, menenangkanku.
Saat namaku dipanggil, aku masuk ke ruang konsultasi dengan perasaan campur aduk. Dokter gizi itu menatapku dari balik meja sambil tersenyum ramah, seolah memahami bahwa ada sedikit masalah dengan pola makan sebelumnya.
"Pak Andre, dari hasil evaluasi terakhir, kita melihat kadar hemoglobin Bapak turun. Ini bisa disebabkan oleh asupan kalori yang terlalu ketat," katanya membuka percakapan.
Aku mengangguk, membenarkan. “Iya, Dok. Rasanya sering lemas dan pusing juga, apalagi kalau berdiri mendadak.”