Mamah, Panda Ingin Sehat

Ita Mutiara Dewi
Chapter #42

Epilog

Dua Tahun Kemudian, di Masa Depan, tahun 2026,

Sejak aku menjalani perjalanan panjang menuju kesehatan, banyak hal yang telah berubah dalam hidupku. Kini, setelah berhasil menurunkan berat badan menjadi ideal di angka 75 kg dengan penuh massa otot, aku merasa lebih hidup dan bersemangat. Semua pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan orang-orang terdekatku, mulai dari Mamah Budi, ibu kandungku, hingga Mamah Bari, ibu mertuaku.

Suatu pagi, saat sarapan bersama Bu Ita dan anak-anak, Mamah Bari datang berkunjung dengan senyuman cerah di wajahnya. “Andre, aku ada kabar baik untukmu,” katanya, menyita perhatianku. “Aku ingin memberimu modal untuk membuka bengkel, seperti yang pernah kau impikan bersama Ayahmu.”

Hatiku bergetar mendengar tawarannya. Bengkel ini adalah impianku sejak kecil, mimpi yang dulu sering ku bicarakan bersama Ayah di sore hari sambil menikmati secangkir teh. “Mamah, ini luar biasa! Aku sangat berterima kasih,” jawabku, menahan haru.

Mamah Bari tersenyum hangat. “Aku percaya, kau bisa mewujudkannya. Dan jangan lupa, ini juga sebagai wujud menghormati cita-cita Ayahmu. Kau memiliki bakat di bidang ini, dan kini saatnya kau menghidupkan kembali mimpi itu.”

Setelah pertemuan itu, aku langsung memulai rencanaku. Dengan modal yang diberikan Mamah Bari, aku merencanakan bengkel yang modern, ramah lingkungan, dan tentunya bisa menjadi tempat berkumpulnya para pecinta otomotif.

Namun, bukan hanya itu. Aku juga mendapatkan izin untuk lahan warisan dari Ayah mertuaku yang cukup luas. Dengan latar belakang pendidikanku di Ilmu Kehutanan, aku memutuskan untuk memanfaatkan lahan tersebut dengan menanam pohon sengon dan jati. Dengan cara ini, aku tidak hanya merawat lingkungan tetapi juga mewujudkan cita-cita Ayahku di bidang kehutanan.

Selama proses ini, Bu Ita selalu di sampingku, membantu merencanakan segala hal, mulai dari desain bengkel hingga pengelolaan lahan. Dukungan dan keikhlasan dari dia dan anak-anak sangat berarti bagiku. “Aku bangga padamu, Andre. Semua ini adalah hasil kerja keras dan kesabaranmu,” ujarnya sambil tersenyum.

Selain membuka bengkel dan menanam pohon, aku juga sering diundang dalam acara-acara bertema kesehatan. Dalam kesempatan tersebut, aku berbagi pengalamanku dalam perjalanan menuju sehat, bagaimana aku berhasil menurunkan berat badan dan membangun massa otot. Setiap kali aku berdiri di panggung dan melihat raut wajah audiens yang penuh perhatian, aku merasa bahwa semua perjuangan ini bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi juga untuk memberikan inspirasi bagi orang lain.

Doa dari Mamah Budi dan Mamah Bari selalu mengalir di dalam hatiku, menjadi penopang dalam setiap langkahku. Dukungan teman-teman “Body Brutal,” baik secara online maupun offline, membuatku semakin bersemangat. Mereka selalu siap memberikan semangat, baik di gym maupun di media sosial, dan terus mengingatkanku untuk tidak pernah menyerah.

Dengan tekad dan harapan yang kuat, aku melangkah maju. Setiap hari terasa penuh makna. Kini, aku tidak hanya mengejar cita-cita pribadi, tetapi juga berkontribusi bagi lingkungan dan masyarakat.

Seiring berjalannya waktu, bengkel dan lahan kehutanan yang ku kelola mulai menunjukkan hasil. Aku merasa bangga melihat tanaman-tanaman itu tumbuh subur dan bengkel yang semakin ramai dikunjungi. Dalam setiap langkahku, aku merasakan kehadiran Ayah dan dukungan dari keluarga, serta teman-teman yang telah menjadi bagian penting dalam hidupku.

Dan ketika aku melihat anak-anakku bermain di halaman, dikelilingi pohon-pohon yang telah ku tanam, aku tahu bahwa semua ini adalah hasil dari perjuangan yang tidak sia-sia. Setiap tawa dan kebahagiaan yang mereka rasakan adalah bagian dari mimpi yang kini telah menjadi kenyataan.

Aku pun bisa mendampingi istriku yang akhirnya lulus S3 dan diwisuda di tahun 2026. Dia memang diam-diam mengambil studi S3 kembali sejak tahun 2022. Dengan keberanian, harapan, dan cinta, aku siap menyongsong masa depan yang cerah, bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi juga untuk keluargaku dan orang-orang di sekelilingku.

Semoga kehidupan pernikahanku dengan Bu Ita bisa langgeng dunia akherat, seperti lirik lagu kami, dalam bahasa Jawa,

Mugi Jodo Donya Akherat

Verse 1:

Soko langit, sumunar sinar rembulan

Ngarep-arep jodo, kang bakal ngancani

Kanggo urip, nganti tekan akhir zaman

Tresno kang suci, ora bakal mati


Pre-Chorus:

Wong sing tresno, ora bakal sirno

Kaping pisan, kaping pindho, tetep jero


Reff:

Mugi jodo, donyo akherat

Kabeh tresna, tansah langgeng, ora sirno

Mugi jodo, kelingan soko pepadang

Berkah ngulon, padhang urip bareng


Verse 2:

Mugo-mugo, saklawase slamet

Urip bareng, diayomi rahmat

Soko dudu, nganti tekan akherat

Tresno kito, nyawiji selamet

Lihat selengkapnya