Mami Rose

Ken Hanggara
Chapter #10

Kado Ulang Tahun

Saat kembali sadar, aku melihat suamiku berdiri di samping ranjangku. Ah, bukan. Lebih tepatnya ranjang yang kutempati, sebab aku tak mengenali kamar ini.

"Di mana aku?" 

"Jangan khawatir. Kamu ada di rumah sakit," balasnya. "Aris sedang diajak pergi beli makanan oleh bawahanku."

Aku seketika ingat situasi terakhir sebelum tahu-tahu kusadari diriku ada di kamar asing ini. Bahwa mereka, suamiku dan wanita yang mengaku istrinya, bertengkar hebat. Dan aku kesakitan. Perutku sakit. Jauh lebih sakit lagi usai wanita itu mendorongku ke sudut ruang tamu. Lalu, aku pingsan. Kini di sinilah aku.

Sontak kutatap perutku yang masih tampak seperti perut seseorang yang hamil.

"Kamu baik-baik saja, Sayang. Jangan khawatir," kata suamiku lagi.

"Jangan khawatir bagaimana? Wanita tadi mendorongku dengan kasar. Kalau saja nasibku sial, mungkin bayi di perut ini akan mati!" balasku dengan ketus dan dada naik-turun oleh amarah.

"Maafkan aku, Sayang. Maaf aku salah."

"Kenapa tak bilang saja kalau kalian masih bersama? Benar begitu, kan?!" cecarku.

Suamiku hanya terdiam.

Aku juga tak tahu lagi harus bilang apa padanya. Sejujurnya cinta yang mulai ada, bertumbuh di diriku, dan menjadi pohon imajiner itu, kini hanya tersisa sebagai sebatang pohon yang layu dan kering, dan akan roboh sewaktu-waktu jika saja terkena sambaran badai sekali lagi.

"Aku akan cari cara," kata lelaki itu. "Akan kucari cara supaya dia tak mengganggu kamu lagi."

"Aku tak bisa hidup begini!"

"Iya, kamu jangan khawatir. Pasti semua akan baik-baik saja."

"Itu lagi. 'Jangan khawatir' lagi! Memangnya kamu bisa jamin kalau dia tidak suruh orang buat... membunuhku?!"

Om Rudi tampak terkejut mendengar itu, lalu ia memelukku dengan sedih. "Hanya pengecut yang membiarkan itu terjadi, Sayang. Mana mungkin kubiarkan wanita sinting itu melukaimu? Maka dari itu aku cari cara supaya kamu jangan sampai bertemu dengan dia lagi."

Lihat selengkapnya