Ini baru permulaan.
Tejo menunjukkan beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang pemilik wisma. Seperti salah satunya adalah menjaga agar para gadis betah di sini dan tidak kabur atau pindah ke wisma lain. Itu bisa dilakukan dengan memberi pembagian honor yang adil buat mereka. Hal lain yang tak kalah penting adalah kebersihan wisma. Tempat yang tak bersih akan tampak tak menarik di mata para calon tamu.
"Maka, kalau bisa, kalian perbaiki dahulu bagian depan wisma ini. Entah kalian cat dengan warna baru atau apalah itu," ujar Tejo.
Salah satu yang paling utama adalah menjaga keamanan. Tejo mengenal seseorang yang biasa melakukan tugas itu; 'memgamankan' jika ada masalah. Dan, seseorang itu tak lain adalah salah satu preman setempat.
"Perkenalkan ini Rusman," kata Tejo, menyilakan seorang pria berusia sekitar 60 tahunan untuk masuk ke ruang tamu wismanya. "Rusman akan menjaga tempat kalian kalau memang wismaku jadi kalian beli, tetapi sebagaimana petugas keamanan, dia juga butuh uang untuk hidup."
Yanto berbisik ke Tejo, "Berapa biasanya kau bayar dia?"
"Tidak mahal. Sebulan hanya beberapa puluh ribu," tukas Tejo. "Yah, kau tahu kau akan mudah memperoleh hasil berkali-kali lipat dari itu--kalau wisma ini berhasil kau kelola, Yanto."
"Memangnya berapa berkali-kali lipat itu?" tanya Mawar, yang memang penasaran ingin tahu berapa harga yang 'ditetapkan' oleh orang gang ini untuk mengencani seorang wanita atau gadis. "Sebutkan berapa tarif kencan per gadis?"
"Yah, 25 ribu untuk setiap kencannya," jawab Tejo tanpa berpikir. "Itu sudah tarif yang sangat umum di sini. Dan, sesekali jangan kalian naikkan. Lagi pula aku yakin tiap malam kalian bisa memperoleh sepuluh atau bahkan dua puluh kali lipat. Jadi membayar Rusman harusnya bukan masalah besar."
Mawar terdiam. Harga itu terbilang murah kalau dibandingkan dengan pengalaman yang ia peroleh di Jakarta. Dan itu pun sembilan tahun yang lalu.
"Memangnya kenapa kalau dinaikkan?" tanya Yanto.
Tejo tertawa. "Tak akan ada yang mampir ke tempat kalian! Kalian akan dapatkan semua gadisku yang saat ini menganggur. Ingatlah bahwa mereka juga butuh hidup. Tak ada yang bisa diuntungkan selain kalian di sini. Jadi ikuti saja harga yang ada. Semua harusnya akan baik-baik saja."
"Kalau boleh tahu, apa yang membuatmu bangkrut, Tejo? Kalau caramu mengelola uang sudah benar, bagaimana kau bisa bangkrut?" tanya Yanto. "Maaf, aku tidak berniat bikin kau kesal atau apa. Aku hanya ingin tahu."
"Oh, tidak apa. Tidak apa. Aku begini karena judi," balas Tejo dengan malu. "Ya, kalau saja tidak tergoda berjudi, kukira tempat ini akan baik-baik saja. Keuangan wisma ini jadi morat-marit karena uang yang harusnya kupakai untuk mengelolanya, malah aku gunakan berjudi!"
"Kalau begitu, harusnya kami akan baik-baik saja," gumam Mawar. "Sebab tak ada yang tertarik dengan judi, baik aku atau suamiku."