Butuh waktu untuk mencari kartu nama Suyadi. Mawar bersyukur karena ia tidak lupa di mana menaruh kartu nama tersebut sesaat setelah Suyadi memberikan padanya. Tas di mana ia menyimpan kartu nama mantan bosnya itu tak lagi ia pakai setelahnya. Ia langsung simpan di dasar koper dan koper itu ia bawa pulang ke rumah di mana dahulu istri Rudi melabraknya untuk pertama kali.
"Setelah itu koperku tak kupakai lagi, kecuali ketika pindah ke rumah kedua yang disiapkan Om Rudi," pikir Mawar dalam perjalanan. "Dan itu pun tas tanganku masih tersimpan di dasar koperku."
Terakhir Mawar menggunakan koper itu setelah ia minggat dari Rudi. Kembali ke Jombang, ia seperti orang kehilangan arah. Ia tak begitu memperhatikan barang yang ia bawa dari Jakarta. Ia pulang dan menjalani kesunyian nyaris tanpa peduli apa pun, kecuali menjaga Mirna yang haus kasih sayangnya.
"Tapi, aku tahu di mana Ibu menaruh koper tersebut," pikir Mawar. "Seharusnya tidak ada yang membuka koper itu. Biasanya Ibu menyimpan barang yang lama tak akan kupakai di kamarnya."
Namun, setiba di Jombang, tepat usai warga desa turun dari masjid untuk shalat subuh, Mawar malah mendapati masalah. Ia tidak menemukan koper tersebut di kamar ibunya.
"Kopermu yang lawas itu? Dipinjam Surati, Sih. Dia kan mau ikut kursus jahit di Malang waktu itu," jelas sang ibu.
"Loh? Ibu bagaimana, sih? Kok malah dipinjamkan ke Surati? Itu kan koperku!" Mawar sontak kecewa sekaligus mati kutu. Betapa tidak? Nomor telepon Suyadi yang tertera di kartu nama itulah satu-satunya solusi untuk masalah wisma barunya di Gang Dolly.
Tanpa bantuan Suyadi, entahlah apa yang bisa Mawar perbuat untuk merekrut para gadis penghibur? Dari mana dia bisa mendapatkan gadis-gadis muda itu? Dengan cara macam mana pula?!
"Ya, maafkan Ibu. Kamu pergi ke Surabaya kemarin. Dan kamu tidak bawa koper itu. Jadi Ibu kira memang tidak kamu pergunakan," sesal sang ibu.
Mawar hanya mengelap dahinya yang berkeringat karena lelah. "Oalah, Bu, Bu! Ini aku sama Mas Yanto masih melihat-lihat dulu lahannya yang untuk buka usaha. Belum menetap di Surabaya. Jadi pasti aku bakal balik ke sini dulu buat ambil semua pakaianku nanti."