Seharusnya itu bukan masalah. Toh mata air tetaplah mata air; 'ia' tetap segar dan melunasi dahaga yang menyiksa dalam kehidupan yang gersang. Namun, betapapun gersang jiwa para lelaki nakal itu, mereka sungguh tak berani berurusan dengan hukum. Alhasil, mata air memang tetaplah mata air, tapi semakin hari tempat itu semakin sepi pengunjung.
"Ali Subeni ditangkap karena menculik serta hampir melakukan tindakan yang tak terpuji terhadap gadis di bawah umur," ucap salah seorang tamu setia Mami Rose. "Dan, wajar belaka andai polisi memperketat penjagaan. Mereka... curiga kalau-kalau ada yang lebih buruk dari kasus pemuda kurang waras itu."
"Nyatanya dia tidak sakit jiwa, Pak! Dia waras!" ketus Mami Rose. "Dia berpura-pura terlihat begitu supaya orang-orang iba padanya dan memberinya duit!"
"Ya, memang benar," kata si tamu. "Namun, polisi pasti berpikir lebih dari tentang Ali Subeni, bukan?"
"Bicaralah yang jelas, Pak. Saya sedang pusing dan tak bisa memikirkan kata-kata Anda yang rumit!"
"Ya, polisi bisa jadi mencurigai ada gadis-gadis seperti Sartini di gang ini, Mami Rose. Saya tak tahu benar isi kepala mereka, tapi jika saya menjadi polisi, saya pastilah akan berpikir ke arah itu. Saya akan curiga. Saya akan awasi setiap wisma yang ada dan pengawasan itu hanya akan berhenti sampai semuanya pasti."
"Sampai semuanya pasti?"
"Sampai sudah pasti terbukti bahwa tak ada gadis-gadis seumuran Sartini atau yang di bawahnya."
Mami Rose tak tahu harus bilang apa. Mungkin benar kata tamunya yang satu ini. Mungkin juga itu cuma kecurigaannya. Toh polisi tak terlihat lagi berkeliaran di dekat gang atau di dalam gang. Semua kembali seperti biasa; wisma-wisma tetap beroperasi. Yang membedakan hanya bahwa wisma-wisma itu tak seramai dahulu sebelum Sartini diculik dan disembunyikan di sini. Termasuk Wisma Mawar dan Melati yang sekarang tak jauh beda dari wisma-wisma lain yang memang sejak awal tak pernah benar-benar ramai pengunjung.
"Orang-orang ketakutan. Mereka takut ada intel berkeliaran di gang ini, Mami Rose. Ya, siapa tahu, bukan? Tak ada yang pernah tahu, apalagi mereka yang jarang bergaul di gang ini, kecuali hanya untuk mengencani para gadis. Saya kenal beberapa orang di sini, juga beberapa preman. Tidak semua saya kenal. Bisa saja salah satunya ternyata seorang polisi yang sedang menyamar, bukan?"
"Ya, bisa jadi." Mami Rose tampak menghela napas panjang. "Tapi Bapak tetap ke sini sekarang? Tidak takut?"