Sepuluh bulan sejak ditangkapnya Ali Subeni....
Seperti biasa, Kancing kembali bulan itu untuk mengambil kue yang lebih besar. Ia tak tersenyum. Akhir-akhir itu memang ia tak bisa tersenyum. Meski selalu permintaan tentang kue dituruti oleh Mami Rose, mereka harus selalu bersitegang dulu.
"Aku tahu kau akan meminta keringanan lagi, Mami Rose," ucap si Seragam Sakti begitu dipersilakan memasuki 'kantor' wanita itu. "Tapi, lebih dulu harus kukatakan, kita sedang dalam masalah."
"Masalah? Ada apa lagi kali ini, Pak Kancing?" Mami Rose tentu terkejut. Tadinya ia kembali akan meminta keringanan dari pria itu, namun melihat wajah geram Kancing dengan kalimat selugas itu, Mami Rose mengurungkan niat.
"Orang-orang atasku itu!" Kancing mendengus-dengus kesal setelah menutup pintu 'kantor'. "Orang-orang atas, mereka meminta lebih!"
"Apa?!"
"Urusan ini sudah melebar ke mana-mana, seperti yang pernah kutegaskan waktu itu, Mami Rose! Kalau bukan karena mereka, seluruh gang bisa-bisa ditutup! Aku sudah melakukan semampuku, tetapi mereka... mereka tak tahu diuntung! Memangnya berapa banyak lagi yang harus mereka minta?!"
Mami Rose tahu itu hanya omong kosong karangan Kancing. Itu cara si Seragam Sakti untuk membangun tembok pertahanan agar lawan bicaranya tak menentang segala yang ia kehendaki. Artinya, jika Kancing bilang begini, tak boleh ada protes dari Mami Rose.
"Kalau memang begitu, beri waktu untuk menambah kekurangan," kata wanita itu, tak berdaya dan pasrah. "Pasti akan kubayar, tetapi tidak sekarang. Pak Kancing hanya akan menerima jumlah setoran rutin malam ini. Selebihnya mungkin minggu depan jika pemasukan sedikit lancar."
"Kenapa bisa begitu? Kamu ini bicara apa, Mami?"
"Begini, Pak Kancing. Keadaan wisma sedang pincang dua bulan terakhir. Kita pun sama-sama tahu itu. Orang-orang sibuk berlebaran, kehabisan uang untuk istri dan anak-anak mereka yang minta beli baju baru. Jadi wisma lumayan sepi."
"Tidak, aku tidak melihatnya begitu, kok!" bantah Kancing, lalu membuka pintu di belakangnya, menengok sesaat ke luar, di mana di koridor utama itu tampak beberapa gadis Mami Rose menggandeng para tamu ke bilik kamar yang tersedia di kiri-kanan. "Itu tamunya ramai, bukan?"
"Ini bukan ramai, Pak Kancing. Memang akan selalu ada tamu, tapi kadang malam tertentu hanya dua atau tiga orang. Paling banyak lima tamu. Sedangkan gadis-gadisku ada lebih dari dua puluh. Mereka butuh makan dan tempat tinggal. Belum lagi kalau ada gadisku yang tiba-tiba sakit," jelas Mami Rose.