Sulit membayangkan Mirna menikahi seorang polisi. Namun, apa yang dituturkan Yanto benar adanya; Mirna berpacaran dengan polisi muda. Anak gadisnya yang sudah berusia tujuh belas tahun itu, berpacaran dengan polisi muda!
"Memangnya kalian kenal di mana?" tanya Mami Rose pagi itu. Ia ingin mencecar sang putri dengan pertanyaan-pertanyaan tajam, tapi Mirna tampak berbunga-bunga saat itu. Tentu saja tidak ada remaja kasmaran tanpa terlihat berbahagia seolah segala sesuatu yang buruk di dunia ini hanya khayalan.
"Kenal di rumah temanku, Bu. Dia kan saudaranya salah satu teman sekelasku." Itu jawaban yang belum cukup melegakan.
"Siapa nama temanmu itu?" tanya Mami Rose lagi.
"Lastri. Memangnya kenapa, Bu? Bukankah dia pernah ke sini?" balas Mirna balik bertanya.
"Eh? Ibu... sama sekali lupa, Mirna. Lastri yang mana?" Mami Rose terpaksa tak menunjukkan ketegangannya. Ia pura-pura tertawa santai seperti ketika biasanya mereka bercengkrama di waktu sarapan.
"Lastri yang rumahnya bersebelahan dengan warung pecel itu loh. Masa Ibu lupa? Dia sering mampir," kata Mirna.
"Hm, begitu." Mami Rose tersenyum dan menepis udara di depan wajahnya. "Yah, banyak yang Ibu pikirkan, jadi tak begitu memperhatikan."
"Kenapa, Bu? Apa Mirna tak boleh pacaran?" Gadis itu mendadak tampak cemas.
"Bukan begitu, Nak. Ibu dan Bapak kan sama-sama belum kenal orang itu. Apalagi, dia polisi," jawab Mami Rose seraya melirik sang suami. Yanto sedari tadi cuma fokus menatap obrolan itu dan menikmati sarapannya.
Mendengar namanya disinggung, Yanto cuma tersenyum tipis.
"Ya, kapan-kapan kuajak dia kemari, Bu. Tenang saja. Masalahnya Putra itu tidak bisa libur seenaknya," kata Mirna.
"Baguslah kalau kamu mau memperkenalkan pacar kamu itu. Siapa tadi namanya?"
"Putra, Bu. Lebih lengkapnya: Budi Saputra," jawab sang gadis.
Topik obrolan lantas beralih ke hal lain. Mami Rose-lah yang membelokkan topik, karena ia tak mau putrinya merasa seperti diinterogasi.
Selesai sarapan, Mirna pamit ke sekolah. Tahun depan gadis itu lulus. Bila memang benar harapan itu bukan sesuatu yang semu belaka, maka tahun depan Mirna mungkin akan dilamar oleh sang polisi muda.
Akan tetapi, ada satu hal yang sangat mengganjal bagi Mami Rose. Tentu saja tak lain tak bukan adalah profesi pemuda itu.
"Di mana-mana, mereka yang berseragam sakti itu akan saling melindungi, saling mendukung satu sama lain. Bahkan, dalam berbuat hal-hal tak terpuji, mereka tak akan ragu untuk berdalih demi keamanan bersama!" ucap Mami Rose, penuh rasa sinis.
"Kenapa kamu bicara seperti itu, Asih?"