Mami Rose

Ken Hanggara
Chapter #40

Mati

Bagi Mami Rose, segalanya belum berakhir. Pemenang dalam cerita ini belumlah pasti sampai salah satu pihak benar-benar tak bisa berbuat apa-apa.

"Kita bukan tak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya tak berani berbuat apa-apa!" kata wanita itu dengan penuh kekecewaan, memandang Putra yang sejak tadi terdiam seolah mulutnya mendadak bisu.

"Mungkin memang seragamnya tak lebih sakti dari milik Kancing. Dan, aku paham bagaimana sulitnya menjadi pemuda ini," ucap Yanto, melirik Putra dengan sepenuhnya rasa putus asa. Pasalnya, ia tidak melihat ada suatu cara selain bahwa mereka meminta tolong ke keluarga besar Putra. Kini, polisi muda itu memutuskan keluar dari dilema ini; ia tak ingin melibatkan keluarga besarnya.

"Lantas apa? Kita hanya akan menjadi budak Kancing lagi. Seperti biasa. Kita akan membayarnya setiap bulan. Lagi dan lagi. Seumur hidup kita!" keluh Yanto. "Dan sudah pasti bajingan tengik itu punya wewenang menaikkan harga semau-maunya setelah dia tak bisa mendapatkan Mirna!"

Putra akhirnya kembali mengangkat wajahnya setelah beberapa waktu tertunduk. 

"Paling tidak pertemukan kami dengan saudaramu, pamanmu, siapalah itu. Mereka juga polisi, bukan? Kalau kamu tak bisa membantu kami, biarlah mereka yang mungkin membantu," kata Yanto sekali lagi begitu melihat Putra seakan hendak berbicara.

Namun, polisi muda itu tidak memedulikan topik lain selain nama yang mendobrak kesadarannya. Ia lekas menggeleng. "Bukan, saya bukan mau bicara tentang bisnis ini, Pak. Saya belum tahu kenapa Pak Kancing menyinggung istri saya tadi? Kenapa dengan Mirna? Ada apa dengan mereka berdua?"

Mami Rose tersenyum kecut, "Oh, lihatlah. Akhirnya kamu sadar juga, Nak. Kami memang belum cerita soal itu. Semua yang terjadi sebulan terakhir; bagaimana kami tak ingin kalian menunda-nunda pernikahan, itu bukannya tanpa alasan! Mirna tidak boleh direbut oleh siapa pun. Dan itu kuperjuangkan semampuku. Lihat hasilnya? Kalian pun menikah dalam waktu yang terbilang singkat!"

Putra mengernyit. Makin tidak mengerti, sekaligus makin penasaran setengah mati. "Apa maksud Ibu? Mirna direbut? Oleh siapa? Tolong bicaralah yang jelas, Bu!"

"Apa tidak cukup jelas segala yang tersaji di depan matamu tadi, Putra?" Yanto tak sabaran, menyela Mami Rose yang hendak menjawab. "Kancing menginginkan si Mirna! Ya, dia tanpa rasa malu menyatakan bahwa semua beban setoran yang harus kami bayar akan diturunkan dengan syarat... Mirna harus ikut dengannya!"

Seketika Putra terpaku.

Mami Rose menimpali, "Dan itu artinya Mirna harus menjadi miliknya! Dinikahi olehnya! Dijadikan budak pemuas nafsu binatang keparat tua itu!"

Lihat selengkapnya