Situasi yang membingungkan ini dimulai ketika ia di culik selepas pulang dari salah satu universitas ternama di jakarta, seorang dosen kepala empat yang sedang menunggu di halte bis yang sepi, jalanan pun juga tak banyak dilalui oleh kendaraan lainnya terkecuali 4x4 yang terdiam lima puluh meter dari halte semenjak dia duduk di halte tak menyadari kehadiran mobil itu. Disaat dia melamun, orang-orang berbaju hitam menyergapnya dengan kilat tanpa dilihat orang-orang disekitarnya dan membwanya menuju dermaga tempat yatch mewah bersandaryang ia konklusikan ketika mendengar seru kapal barang dari kejauhan serta cahaya lampu yang menebus plastik hitam yang ia kenakan.
Disana ia berbicara tanpa penglihatan jelas dengan seorang pria tua tentang kesepakatan untuk menjaga anak satu satunya yang baru saja menginjak umur delapan belas dengan bahasa inggris, dia mencoba bertanya mengapa harus dia yang menjaganya namun mukanya langsung bonyok ditendang oleh salah seorang bawahan orang itu.
"Im worthless without you Mister Toni... i've watched you since last june and looking through your treelines... You're the one who capable to defend my only kid... Anna." Bule tua itu menggunakan nada rendah agar bisa meraih iba, yang mana dia terpakasa menerima tugas aneh yang entah darimana menimpa dirinya yang bukan siapa-siapa?? mungkin aku mesti melihat siapa buyut-buyutku ini, pikirnya.
Dan disinilah Toni sekarang, dirumah nya yang cukup besar, sendirian karena istrinya yang terlalu cemburu meninggalkannya dan kembali ke pangkuan ibunya di rusun yang kumuh, Gadis remaja cantik tanpa tangan kanan yang sedang mengecat sesuatu di dalam gudang yang sudah dikosongkan semenjak mereka berdua tinggal disini, perempuan itu tak mua tidur di ruangan lain kecuali disini, aneh sekai.
Yang ada di dalam ruangan dua kali tiga itu hanyalah berbagai bungkusan cat air berbagai warna berserakan dimana mana untuk mengecat kanvas besar berukuran empat puluh kali enam puluh yang masih belum jadi, AC dibelakang kanvas mengarah kepada gadis yang tengah mengambar sesuatu selama lebih dari dua puluh jam tanpa makan dan minum di ruangan tanpa jendela itu, hanya melukis.
Toni sudah khawatir bagaimana kondisi perempuan yang harus dia urus setelah diamanahi oleh ayah dari perempuan itu, sebenarnya apa yang ayah dia pikirkan untuk menelantarkan anaknya kepadaku?, pikir nya. Tiga minggu sudah dia bersama gadis itu, dia mencoba memberikan tur kepada gadis itu mengelilingi kota jakarta, makan di tempat orang orang kaya, namun dia melihat sikap Anna yang komprehensif tentang lukisan dibuktikan dengan sebuah lukisan sakura ditengah danau, dan berhasil meraih untung lima belas juta secara diam-diam tanpa sepengetahuanku melewati seorang collector berdarah biru, dan juga ia selalu mintaku mengantarkannya menuju museum atau pameran seni.
"Anna?" Toni mengetuk pintu ruangan itu, namun tak ada jawaban dari perempuan itu, hampa.