Manipulasi

anakucilibo
Chapter #10

10. Realita.

Ketegangan terlihat jelas di wajah Loji, matanya terus melirik anak buah Temas yang bergegas masuk. "Pengecut!" bentaknya tiba-tiba, merasakan kemarahan memenuhi dada.

Linda yang ada di beranda atas kaget mendengar hal itu, segera berdiri dan melihat seorang laki-laki tiba-tiba masuk ke kamar membawa sebilah pisau. "Lojiiiiiii!" jeritnya ketakutan.

Dia segera meraih kursi kayu sebagai tameng. "Lojiiiii! Tolongggg!" jeritnya histeris.

Loji panik, kekhawatiran terukir di wajahnya. "Ayo duel kalau berani!" bentaknya.

"Lojiiii!" jerit Linda ketakutan, berusaha melawan orang yang akan menyergapnya. Mendorong-dorong kursi sekuat tenaga, bertahan dari sergapan.

Keadaan menjadi kacau, suara jeritan Linda bisa menggagalkan rencana mereka. Temas, tegang melihat ke kiri dan ke kanan. "Bangsat!" gumamnya kesal, ini tidak sesuai rencananya.

"Tolooongg!" jerit Linda sekuat tenaga, membuat suasana semakin ramai. Menjerit kencang ketakutan sambil berusaha melawan.

Di dalam kegelapan, di dekar kolam renang. Nyoman yang bersembunyi terus memberi kode ke Dewa, mereka bersiap karena ini menjadi kesempatan untuk menyerang, melihat Temas yang mulai panik.

Dewa terus mengintip berusaha mendekatkan jarak ke Temas, mengambil ancang-ancang untuk melakukan serangan dadakan. Bersiap meloncati tanaman hias yang menjadi pagar.

Jeritan Linda sampai membangunkan Helen yang tertidur. "Linda," pikirnya kaget, segera bangkit dari kasur, dan berlari keluar kamar.

Saat keluar dia melihat ke arah kolam renang, dan terbelalak ketakutan. "Toloooong!" jeritnya kencang, melihat seseorang menodong kepala Loji dengan pistol.

Ketakutan semakin terlihat jelas di wajahnya, melihat Djunet sedang di ikat oleh seseorang yang menggunakan topeng. "Toloooooongg!" jeritnya kembali sambil berlari ke pintu depan.

"Tolooooonggg!" jerit Helen panik, berusaha membuka pintu yang terkunci. Kepanikan membuatmya tidak bisa berpikir, menarik-narik pintu berharap bisa terbuka.

Temas semakin kebingungan, ingin menarik pelatuk tapi akan menjadi bukti. "Shit!" makinya, sambil mengangkat tangan, siap menghantam kepala Loji dengan gagang pistol.

Nyoman yang terus memperhatikan, langsung keluar dari persembunyian. "Woiiiii!" serunya mengalihkan perhatian, berlari cepat seperti akan menyerang Temas.

Bejo yang merasakan ada bantuan datang tiba-tiba ikut berlari menjauh. "Tolooooonggg!" jeritnya membuat keadaan bertambah kacau.

"Aaaaah!" seru Loji sambil membalikan badan dengan cepat, dan berusaha merebut senjata yang mengarah ke dirinya.

"Fuck!" maki Temas, berusaha mempertahankan senjatanya.

"Dor!"

Letusan senjata terdengar, tapi tidak mengenai Loji.

"Bansaaat!" seru Temas, berusaha mengarahkan senjatanya ke badan Loji.

Tidak sadar, Dewa yang sejak tadi memperhatikan langsung meloncat menyerang. "Cicing cai!" teriaknya sambil mengarahkan pukulan sekuat tenaga.

"Duak!"

Hantaman keras Dewa yang berbadan besar membuat Temas terhuyung-huyung, Loji langsung mengambil kesempatan, menarik tangan Temas yang memegang pistol sambil menendang perutnya.

"Bugh!"

"Byur!"

Temas terlempar, tidak siap dengan serangan dadakan. Loji saling menatap dengan Dewa, sesekali melirik pistol yang terjatuh di lantai dengan waspada.

"Ahhh, ape lagi," gerutu Dewa kesal. "Beresin yang di dalam!" serunya ke Nyoman, dan langsung melompat ke dalam air, tujuannya adalah melumpuhkan Temas walau semua rencananya gagal.

Loji melihat pistol yang terjatuh di lantai, langsung menendangnya ke kolam renang. Tidak tau mana kawan atau lawan. "Linda," pikirnya, hanya itu yang ada di benaknya.

"Lindaaaa!" jerit Loji sambil berlari masuk ke dalam di ikuti Nyoman. "Tolong yang di bawah, gw yang ke atas!" serunya, melihat Nyoman kebingungan harus naik atau menolong Djunet.

Di kamar atas, Linda terus berusaha bertahan. Tangannya mulai gemetar, menangkis-nangkis serangan pisau lawan.

"Taak!"

"Takk!"

Suara pisau menghantam kaki kursi terdengar jelas, lawan tidak bisa menyergapnya dengan mudah. Ketegangan seperti menyesakan dadanya, tanpa sadar air mata mulai menetes. Berusaha kuat mempertahankan diri.

"Lojiiiii!" jeritan Linda terdengar sangat kencang, terus berusaha melawan orang yang akan menyergapnya. Mendorong-dorong kursi ke depan, menahan gerakan lawan.

"Diem lo!" bentak laki-laki yang akan menyergapnya, berusaha mendekat tapi Linda terus melawan.

"Linda!" teriak Loji sambil berlari ke arah kamar atas. Kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya, berlari secepat mungkin menaiki tangga. Wajahnya mengeras saat melihat Linda memegang kursi, mencoba menghalau seorang laki-laki yang menyudutkannya.

"Pengecut!" bentaknya marah sambil meraih lampu meja.

Laki-laki yang menyudutkan Linda terkejut, Loji menyerangnya dengan cepat. Memukul dengan lampu meja yang bergagang besi, dia segera menghindar sambil mengangkat tangan melindungi kepalanya.

"Bugh!"

Sebuah hantaman telak membuat laki-laki tersebut segera menjauh, mengarahkan pisau ke arah Loji.

Suasana kacau, perkelahian terjadi di atas dan di bawah. Helen mematung di depan pintu, otaknya blank tidak tahu harus berbuat apa. Melihat dua orang laki-laki bergumul di kamar bawah, dan dua orang lainnya di dalam kolam renang.

"Mba Helen, tolong Mba!" jerit Bejo sambil berlari masuk ke dalam. "Potong talinya!" serunya, mengarahkan tangannya ke depan. Sesekali terus memperhatikan perkelahian yang terjadi dengan waspada.

Helen yang ketakutan tersadar, segera mengambil pisau mencoba memotong tali yang mengikat Bejo dengan tangan gemetar. Sesekali melihat mereka yang bergumul. "Mereka siapa?" bertanya dengan suara gemetar.

"Ga tau, tapi nolongin kita," jawab Bejo kebingungan, dan melihat ke arah kamar. "Mas Djunet sini Mas!" serunya sambil menggerakan kepala memberi kode.

Djunet yang ketakutan hanya berdiri diam, melihat dua orang bergumul di hadapannya. Wajahnya pucat pasi, ini semua terjadi begitu cepat dan membuatnya sangat ketakutan. Hanya diam melihat Bejo yang memanggil-manggil, masih bingung harus berbuat apa.

"Mas Djunet!" seru Bejo, terus memanggil. "Sini!" jeritnya.

Djunet akhirnya tersadar, segera berlari ke arah Bejo. Wajahnya pucat pasi karena bangun tidur dengan pisau mengarah ke leher. Tubuhnya terus gemetar mengingat hal itu.

"Ayo kita bantuin!" seru Bejo sambil meraih sebuah wajan besi.

"Yang mana?" tanya Djunet kebingungan, seluruh tubuhnya masih gemetar. Tidak bisa berpikir apa yang harus mereka perbuat.

"Yang pake baju item kayak ninja!" seru Bejo sambil berlari mendekat. Memegang wajan besi erat-erat, mencari celah dan mengarahkan pukulan sekuat tenaga.

"Bugh!"

"Bugh!"

Menghantam anak buah Temas yang sedang bergumul, membantu Nyoman sebisanya. Perkelahian perlahan menjadi tidak seimbang, walaupun bantuan Bejo tidak terlalu berpengaruh, tapi kehadirannya membuat lawan perlahan terdesak.

Di kamar atas, Loji terus menyudutkan lawannya. Dia menyerang dengan cepat, dan menangkis setiap tebasan dengan berani.

"Trang!"

"Trang!"

Suara pisau komando beradu dengan gagang lampu besi, tapi lawannya yang sudah biasa melakukan pembunuhan tidak lah lemah. Perlahan-lahan mulai membalikan keadaan.

"Bugh!"

Sebuah tendangan keras menghantam Loji sampai menunduk, mundur sambil melihat lawannya.

"Aaaah!" seru lawannya, menyebetkan pisau ke arah leher. Secepat mungkin menghabisi targetnya, karena tidak memiliki banyak waktu. Matanya terus memperhatikan Loji yang mundur, senyum terbit di wajahnya karena ini yang ia mau.

Dia segera memutar tubuhnya dengan cepat, menendang Loji yang tidak siap.

"Bugh!"

Hantaman keras kembali mengenai perut Loji hingga terlempar ke belakang.

"Degh!"

Menghantam dinding kamar sampai bergetar. "Errrgghh!" erang Loji kesakitan, tapi matanya terus menatap lawan.

Linda emosi, tidak terima melihat hal itu. Menggenggam erat kursi kayu di tangan bersama darahnya yang mendidih sampai ubun-ubun. "Ahhhhh!" jeritnya sambil berlari, mengarahkan kaki kursi ke lawan.

"Linda!" seru Loji panik, melihat Linda yang menyerang lawan dengan berani.

Sang lawan langsung membalikan badan, fokusnya terpecah karena kaki kursi hampir mengenai tubuhnya. Dengan cepat dia memutar tubuh untuk menghindar, dan menyabetkan pisau ke arah leher Linda.

"Hmmmppp!" gumam Loji menahan sakit, berlari cepat menerjang ke depan. Melayangkan tangannya secepat ia bisa, berlomba dengan tebasan pisau yang hampir mengenai Linda.

Sang lawan yang tidak sadar ada serangan datang tersenyum senang. "Mati looo!" serunya, yakin tebasannya akan memutus leher Linda.

"Buaagh!"

Tapi hantaman keras Loji membuatnya seperti terlempar, matanya gelap. Jatuh tersungkur di lantai tidak sadarkan diri. Linda gemetar ketakutan, sadar tadi pisau hampir mengenai lehernya.

Dia melepaskan kursi hingga jatuh kelantai, tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga.

"Dak!"

Loji langsung mendekatinya, dan memeluknya dengan erat. "Maaf aku terlambat," ucapnya menyesal. Kekhawatiran masih terukir di wajahnya, tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi ke seseorang yang mengisi hatinya.

Linda hanya diam kemudian menangis, meluapkan semua rasa yang mengguncang dada. Memeluk Loji erat-erat, ini adalah sesuatu yang tidak pernah di rasakan olehnya. Loji hanya diam, memberikan waktu agar tenang.

Setelah beberapa saat, dia melihat Linda sudah sedikit tenang. "Di bawah masih ada," pikirnya, mengingat ada beberapa orang yang harus di waspadai. "Ayo kita turun," ucapnya lembut, merangkul Linda yang terus terisak-isak.

Perkelahian di bawah, semakin tidak seimbang karena Loji ikut membantu. Sampai akhirnya satu orang anak buah Temas kembali tergeletak tidak sadarkan diri.

"Lo siapa!" tanya Loji sambil menatap Nyoman yang menggunakan topeng ninja. Feelingnya mengatakan tidak ada yang perlu di khawatirkan, tapi dia tetap waspada. Menatap tajam sambil bersiap.

"Kita bantu di belakang," balas Nyoman singkat.

Loji mengangguk, terus menggenggam erat-erat lampu tidur yang di jadikan senjata. "Mereka siapa," pikirnya kebingungan. Satu hal yang ia mengerti, mereka telah membantunya saat ini.

Dia mengalihkan pandangan ke Bejo. "Mas Bejo tolong iket yah, saya mau bantuin yang belakang," ucapnya.

"Oke Mas," balas Bejo segera mengikat musuh yang pingsan.

Linda sangat lemas di rangkulan Helen, menatap Loji yang bergegas ke arah kolam renang. "Telepon Ali," ucapnya lirih.

"Udah, bantuan sebentar lagi dateng," balas Helen menenangkan. "Dia minta kita stay di villa, takut ada yang nunggu di luar," lanjutnya.

"Mereka siapa sih?" tanya Djunet kebingungan.

"Orangnya Indra," ucap Bejo, mendengar ucapan Temas. "Mas Djunet sini bantuin, di atas ada satu lagi," lanjutnya, susah payah mengikat musuh yang tergeletak.

Di kolam renang, Temas semakin terdesak dan Dewa terus menggiringnya ke pinggir. Berusaha keras melawan, tapi Dewa juga orang pilihan yang terlatih. Datangnya Loji dan Nyoman membuat posisinya semakin tidak menguntungkan.

"Degh!"

Sodokan keras alat pembersih kolam renang mengenai kepala Temas.

"Bugh!"

Di sambut dengan pukulan keras dari Dewa.

Temas terus kepinggir, tanpa sadar Loji sudah siap menghantam kepalannya.

"Buagh!"

Hantaman keras dari Loji membuat Temas pingsan, mengambang di kolam renang. Dewa segera menyeretnya naik ke atas. Napasnya memburu, menatap Loji yang membantunya.

"Udah rame," ucap Nyoman memberi kode, melihat beberapa anak buah Ali datang.

Lihat selengkapnya