Pagi yang cerah dengan warna langit yang biru berhiaskan awan putih bersih. Burung-burung berkicauan di perumahan yang yang setiap halamannya terawat dan begitu asri. Seorang gadis remaja keluar dari sebuah pintu rumah berwarna campuran mint dan putih, ditemani seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya.
“Apa kau yakin akan berjalan kaki ke Sekolah? Kamu baru sembuh lho nak….” Ungkap wanita itu khawatir kepada putri sulungnya.
“Iya mah,,,biasanya kan juga seperti itu” ucap gadis itu yang Nampak masih seperti anak-anak.
“Tapi kamu baru saja sembuh, bukankah kata dokter kamu tidak boleh terlalu cape?” tambah ibunya.
“Jangan khawatir mah,,, insyaALLAH aku kuat kok” sahut gadis itu.
Ibunya hanya menghela nafas, gadis itu baru saja sembuh dari sakitnya, namun harus pergi ke Sekolah dengan berjalan kaki karena ayahnya tugas keluar kota. Biasanya gadis itu memang pergi ke Sekolah dengan berjalan kaki namun tidak sendiri melainkan bersama sahabat-sahabatnya, atau memakai sepeda, namun hari itu, sahabat-sahabatnya sudah pergi lebih dulu karena tidak tau bahwa gadis itu mulai hari itu akan pergi ke Sekolah lagi, sedangkan sepedanya sedang rusak, apa boleh buat, gadis itu harus berjalan kaki sendiri. Jarak antara rumah dan Sekolahnya memang tidak terlalu jauh, untuk gadis seusianya jarak itu, tidak terlalu melelahkan.
Gadis itu berjalan keluar halaman rumahnya yang hanya berpagar kecil, ketika seseorang anak laki-laki berseragam Sekolahnya melintas rumahnya dengan sepedanya, dengan cepat ibu dari gadis itu berteriak memanggil anak laki-laki itu. Dengan sigap anak laki-laki itu merem sepedanya dan segera menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
Wanita paruh baya itu segera menghampirinya, melewati anak gadisnya yang bingung apa yang akan dilakukan ibunya.
“Sekolah di SMP 01 Cahaya Bangsa Kan?” Tanya wanita itu dengan tersenyum.
Anak laki-laki yang terlihat sopan itu mengangguk. “Iya tante”
“Boleh tante minta tolong nak?” ucap wanita itu dan anak laki-laki itu mendengarkan dengan seksama.
“Ini Ara, anak ibu, dia Sekolah di sana juga, kelas 1, boleh Ara ikut kamu ke sekolah? Kamu boncengin Ara?”
Anak laki-laki itu sedikit bingung.
“Ara baru habis sakit, dia baru keluar dari rumah sakit, dan tidak boleh terlalu lelah, coba lihat dia membawa banyak buku, boleh?”
Anak laki-laki itu menatap Ara yang sepertinya malu dan merasa tidak enak dengannya karena ibunya. Namun anak laki-laki itu mengangguk dengan senyum.
“Terimakasih banyak ya Nak, siapa nama kamu? Dan kelas berapa?” ucap ibu gadis itu.
“Saya Dimas tante, sebenarnya saya sekelas dengan Ara, jadi tante tak perlu khawatir” ucap anak laki-laki itu tersenyum.
“Owh begitu, kalau begitu terimakasih banyak ya nak. Titip Ara” ucap tulus ibu Ara.
Dimas menatap lembut Ara dan mempersilahkan Ara naik di sepeda yang memang ada boncenganya itu lalu bersiap mengayuh sepedanya. Diperjalanan Ara menunduk malu dengan yang di lakukan ibunya yang begitu khawatir berlebihan.