Mann Jadda Wa Jadda

Fatma Hida
Chapter #3

"Waktu yang memburu"

Setelah pertemuan Dimas dan Ara di café acara reuni sore itu, Dimas berusaha untuk terus menjalin komunikasi dengan Ara, dia berusaha kembali dekat dengannya. Tak begitu sulit untuk mereka kembali dekat, meski sedikit canggung, namun masa lalu mereka yang pernah menjadi sahabat, membuatnya terlihat natural. Dimas dengan ketulusannya yang tak terhingga, terus berusaha membuat hari-hari Ara menjadi lebih berwarna.

Tanpa disadari Dimas kadang membuat acara makan bersama karena melihat status Ara yang sedang menginginkan sesuatu, atau menemani Ara berjalan-jalan di pusat berbelanjaan untuk membeli pernak-pernik setelah acara makan bersama mereka berakhir.

Dimas memang terkenal dengan segala ketulusannya sejak dahulu, dia selalu memberikan sesuatu atau melakukan sesuatu yang bisa dilakukannya untuk orang yang disayanginya, tanpa mengharapkan balasan apapun, karena baginya melihat senyum dan tawa bahagia seseorang itu sudah cukup baginnya, terutama Ara, gadis yang sudah lama mencuri hatinya dan membuatnya terasa sanggup melakukan apapun. Namun sayangnya Ara, gadis itu selalu digambarkan dengan gadis penyayang dan sangat perhatian, namun dia kesulitan untuk mengetahui perasaan seseorang yang sedang mendekatinya, dan Ara akhirnya menjadi seseorang yang cuek, Ara hanya tau Dimas adalah seseorang yang baik, bukan cuman padanya juga untuk semua orang, dia merasa ragu dan tak ingin menerka apapun perasaan seseorang kepadanya, juga terhadap Dimas, sespesial apapun Dimas memperlakukan Ara, Ara tetap bersikap biasa saja, seakan tak ingin mengetahui lebih lanjut tentang perasaan Dimas, itulah sebabnya Ara terlalu susah untuk dicapai seperti ada tembok tinggi dalam hati Ara atau dia hanya menjaga dirinya dari harapan yang terlalu dalam dan membuatnya terluka. Meski demikian Dimas terus berjuang untuk bisa dekat dengan Ara.

Tanpa disadari Dimas kadang membuat acara makan bersama karena melihat status Ara yang sedang menginginkan sesuatu, atau menemani Ara berjalan-jalan di pusat berbelanjaan untuk membeli pernak-pernik setelah acara makan bersama mereka berakhir.

Dimas memang terkenal dengan segala ketulusannya sejah dahulu, dia selalu memberikan sesuatu atau melakukan sesuatu yang bisa dilakukannya untuk orang yang disayanginya, tanpa mengharapkan balasan apapun, karena baginya melihat senyum dan tawa bahagia seseorang itu sudah cukup baginnya, terutama Ara, gadis yang sudah lama mencuri hatinya dan membuatnya terasa sanggup melakukan apapun.

Namun sayangnya Ara, gadis itu selalu digambarkan dengan gadis penyayang dan sangat perhatian, namun dia kesulitan untuk mengetahui perasaan seseorang yang sedang mendekatinya, dan Ara akhirnya menjadi seseorang yang dingin dan cuek, Ara hanya tau Dimas adalah seseorang yang baik, bukan cuman padanya juga untuk semua orang, dia merasa ragu dan tak ingin menerka apapun kebaikan yang diberikan seseorang kepadanya, juga terhadap Dimas, sebaik apapun Dimas dan sesering apapun Dimas menunjukkan sayangnya dengan tulus kepada Ara, Ara tetap bersikap biasa saja, seakan tak ingin mengetahui lebih lanjut tentang perasaan Dimas, itulah sebabnya Ara terlalu susah untuk dicapai seperti ada tembok tinggi dalam hati Ara atau dia hanya menjaga dirinya dari harapan yang terlalu dalam dan membuatnya terluka. Meski demikian Dimas terus berjuang untuk bisa dekat dengan Ara. Dia terus memberikan sesuatu yang dia bisa untuk Ara.

Ara, Aisyah Inara, adalah gadis yang membuat hati Dimas berdebar ketika melihatnya, Dimas menjadi gugup tak karuan jika berada di dekat Ara, itu sebabnya Dimas belum juga berhasil mengutarakan isi hatinya,selain karena sikap Ara yang cuek.

Sesekali Dimas mengatakan kepada Ara maukah   dia menjadi kekasihnya, namun ketika Ara terlihat bingung, Dimas langsung menyangkalnya dan mengatakan bahwa itu hanya bercanda, padahal kata-kata itu terucap tulus dari dalam hatinya. Dan sebenarnya karena itu juga lah Ara dibuat sedikit bingung dengan Dimas. Dalam hati Ara dia bertanya “Ada apa dengan Dimas?”

Hari demi hari telah dilewati Ara, tak terasa sudah hampir menjelang liburan berakhir, Ara harus segara kembali ke Korea, melanjutkan aktivitas kuliahnya. Dimas semakin gugup dibuatnya, akankah dia kembali memendam perasaan untuk Ara kesekian kalinya. Hingga suatu ketika, Dimas mengajak Ara untuk pergi melihat sebuah pameran photography, itu juga dengan berbagai alasan dengan sedikit memohon, akhirnya Ara bisa mengikuti Dimas.

Dimas memang sangat menyukai photography, dia memfoto apapun yang dilihatnya indah. Di pameran itu, Dimas menunjukkan beberapa foto yang bagus-bagus, yang diantara beberapa foto tersebut ada yang diambil dari kamerannya. Setelah berkeliling, Dimas mengajak Ara kesebuah ruangan dengan sebuah kursi ditengahnya. Dimas menyuruh Ara untuk menunggunya sebentar, Dimas lalu kembali dengan membawa sebuah buku, pertama buku tersebut di berikannya kepada Ara, lalu beberapa foto juga diberikan Dimas kepada Ara, Ara meletakkan buku yang pertama diberikan Dimas kepadanya di pangkuannya, lalu mulai melihat satu persatu foto yang diberikan Dimas. Ara terkejut dengan foto-foto yang diberikan Dimas, kualitas foto tersebut terlihat indah, namun objeknya adalah Ara.

“Kapan kamu mengambil foto ini?” Tanya Ara sambil sesekali tertawa, dan juga malu dengan beberapa foto yang diambil Dimas. Setelah selesai melihat foto yang ada ditangannya. Dimas mulai meminta Ara untuk membuka buku yang mirip dengan album tersebut.

Lembar pertama tertulis dengan indah, namanya. Ara mengerenyitkan kening tanda bingung, lalu Ara melanjutkan membuka lembar berikutnya, dan dia terkejut melihat yang ada dihadapnnya, beberapa foto yang mempelihatnya dirinya disertai beberapa kata seindah puisi, beberapa foto diambil sudah sangat lama, mata Ara mulai berbinar. Selama ini dia tidak berani menebak perasaan Dimas kepadanya, tapi melalui foto tersebut, Ara bisa melihat ketulusan dan perhatian Dimas kepadanya. Ketika Ara membuka lembar terakhir, dia semakin terkejut membaca tulisan terakhir. Dengan perlahan dia menoleh kearah Dimas seakan minta jawaban.

Tulisan di buku tersebut adalah perasaan Dimas yang selama ini dipendamnya. “Ara, mau kah kamu menjadi kekasih ku?”

Ara terdiam, dia tidak bisa berkata apa-apa, dia tidak tau apa maksud tulisan tersebut meski sudah terlihat jelas. “Kamu bercanda?” Tanya Ara akhirnya.

Lihat selengkapnya