Mantan

Bentang Pustaka
Chapter #1

Part 1: Putus Bikin Rusuh

“Mantan adalah orang yang sudah membuat bahagia saat mengenal cinta, sekaligus membuat sakit karena ditinggalkan.”

Malam Minggu, malam yang pas untuk dihabiskan bersama sang pujaan. Makan romantis berdua ditemani suara tangisan mantan yang belum dapat gebetan baru. Atau, minimal nyamperin ke rumah pacar, duduk berduaan sambil lempar-lemparan gombalan manis.

Dan, malam Minggu itu, Fara—remaja berusia 16 tahun yang saat ini tengah menjalin hubungan dengan Aga—sudah ribut sejak jam di kamarnya menunjukkan pukul 5.00 sore. Sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 7.00 malam dan Fara masih sibuk memilih baju yang akan ia kenakan untuk malam mingguan. Ini lebih ribet daripada menghadiri undangan penting dari kelurahan. Isi lemari hampir keluar semua, berserakan di kasur dan lantai. Entah mengapa, koleksi bajunya terlihat buruk semua, membuatnya tidak percaya diri saat mengenakannya. Padahal, saat hari-hari biasa Fara fine-fine saja soal baju yang akan ia kenakan. Ia tidak pernah bingung seperti pada malam Minggu.

Entahlah, kebayakan remaja zaman now memang suka menyusahkan diri sendiri saat malam Minggu.

Fara berlari secepat kilat saat ponselnya berdering tanda notifikasi masuk. Inilah yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. Notifikasi dari pacar.

Bugh. Saking semangatnya, Fara tidak terlalu fokus dengan langkahnya. Dan, nasib buruk pun terjadi. Kakinya menabrak kursi di meja rias sehingga membuatnya tersungkur ke lantai.

“Dasar kursi jomlo! Mau jadi pengganggu hubungan gue sama Aga? Pake ngalangin jalan gue buat lihat notif. Itu notif pasti dari Aga! Jomlo!” hardik Fara pada kursi yang sedari tadi diam tak bersalah sambil menggoyangkannya dengan geregetan.

Senyum di bibir Fara luntur seketika setelah membaca pesan LINE dari Aga. Ia kembali membaca pesan tersebut, siapa tahu ia salah membaca. Namun, isi tulisannya tetap sama, tidak ada yang berubah.

Plak. Tamparan cukup keras mendarat di pipinya sendiri untuk membuktikan bahwa ini semua hanyalah mimpi. Namun, ternyata ini bukan mimpi. Ini kenyataan, pipinya terasa sakit saat ditampar dan itu artinya ia benar-benar putus dari Aga.

Demi uang sakunya yang tidak kunjung naik! Bukan LINE seperti ini yang Fara harapkan dari Aga. Ini sangat jauh melenceng dari bayangan Fara. Sedari tadi, yang Fara harapkan adalah kabar bahwa Aga sudah siap untuk dinner romantis bersamanya, bukan malah mutusin dia. Air mata Fara menetes begitu saja. Diputusin cowok pada malam Minggu, saat dia sudah berdandan rapi, sungguh terasa menyakitkan.

Ini sangat miris. Ingin sekali Fara meminta Aga untuk tidak memutuskannya, tetapi egonya terlalu tinggi.

“Hiks … kok, lo tega banget sih, Ga? Lo putusin gue tanpa alasan yang jelas. Gue, kan, masih sayang sama lo,” isak Fara sembari meremas-remas bantal yang tadi ia ambil untuk dipeluk. Dada Fara bergemuruh hebat. Ingin rasanya Fara berteriak dan mengamuk tidak jelas. Semua yang kini terjadi tidak bisa diterima dengan alasan apa pun.

“Gue udah siapin diri dari jam lima. Kirain lo nge-LINE gue karena mau jemput gue. Tapi, kenapa lo malah putusin gue, Cowok Bego?!”

Seingat Fara, hubungannya dengan Aga masih biasa saja. Tidak ada masalah apa pun. Tadi siang saja mereka masih sempat jalan setelah pulang sekolah, makan siang bareng di kedai bakso favorit mereka. Dilanjutkan dengan acara naik motor berboncengan sampai sore. Di sekolah juga biasa saja. Lalu, kenapa tiba-tiba Aga mengakhiri hubungan mereka?

Fara menghapus air matanya dengan kasar walau ujung-ujungnya kembali menetes.

“Ayolah, Far! Jangan mewek kayak gini, tunjukin sama Aga kalau lo bisa hidup tanpa dia. Percuma aja lo nangisin dia,” gumam Fara pura-pura kuat. Padahal, hatinya remuk kayak rengginang.

“Dasar cowok sok ganteng! Iya sih, emang ganteng. Awas lo! Lo kira gue bakal ngemis cinta dari lo? Hiks, tapi kok sakit, ya? Nyesek juga. Ini nih rasanya pura-pura bahagia, padahal nyesek kebangetan.”

Apa yang baru saja Fara kirim adalah kebohongan belaka. Tidak ada hubungan antara Fara dan Reza. Mana mungkin Fara mau sama Reza pada saat hatinya memang untuk Aga. Namun, mau bagaimana lagi? Ia harus menjaga image di hadapan Aga yang begitu tega memutuskannya. Ia harus berbohong seperti tadi demi gengsinya. Fara mendengkus kesal saat melihat ada tanda bahwa pesannya sudah dibaca Aga, tapi tak mendapatkan balasan lagi.

Lihat selengkapnya