“Ingin pergi, tapi masih sayang. Ingin bertahan, tapi sudah tidak punya hak untuk memperjuangkan.”
Fara menarik selimut tebal yang membungkus tubuhnya sedari tadi. Hawa dingin begitu menusuk sampai ke tulang membuat sekujur tubuhnya terasa ngilu. Tangannya meraba-raba kasur empuknya, mencari-cari keberadaan benda pipih yang seingatnya ia letakkan di bawah bantal bersarung gambar Doraemon, kartun kesukaannya sejak ia masih kecil. Setelah berhasil menemukan ponselnya, ia membuka sedikit mata dan mengintip waktu yang tertera di layar ponsel. Pukul 11.16 malam.
“Hah? Nggak salah, nih, HP gue? Masa baru jam segini? Perasaan gue tidur udah lama, deh,” gerutu Fara yang sudah membuka mata dengan sempurna. Ia begitu heran mengapa waktu terasa begitu lambat malam ini.
Apa ini berkaitan dengan status barunya yang sekarang menyandang gelar jomlo? Perasaan saat bersama Aga, malam Minggu terasa begitu cepat berlalu. Namun sekarang, semuanya berbeda. Malam Minggu yang kelabu seakan tak ingin cepat berlalu. Malam Minggu itu seolah begitu setia menemani Fara, belum puas mentertawakan Fara yang hatinya mendung, matanya sembap lantaran menangis, dan perasaannya jungkir balik sehabis diputusin.
Fara membuka aplikasi media sosial yang ia miliki. Media sosial yang kali pertama ia buka adalah Instagram. Ia ingin memastikan apakah ada posting-an Aga bersama cewek barunya atau posting-an lain yang belum ia lihat.
Biasanya cowok yang baru putus beberapa menit sudah punya gebetan lagi. Mereka jarang merasakan yang namanya patah hati, seperti yang para cewek alami. Ya, walaupun tidak semua cowok seperti itu, sih. Hanya saja, Fara yakin Aga merupakan tipe yang ia sangka barusan.
Bibir Fara mengulum senyum tipis saat melihat tak ada posting-an Aga seperti yang ia duga. Itu artinya, Aga masih belum punya gebetan baru dan masih ada Fara di hati Aga. Fara sudah menduga itu sebelumnya. Bukannya ia kepedean atau semacamnya, tetapi Fara memang memiliki firasat kalau Aga masih sayang sama dia. Ibu jarinya menyentuh icon love yang tertera di layar ponselnya. Ia berani menyentuh icon tersebut karena ia yakin Aga sudah tidur.
Fara menelan ludahnya dengan susah payah saat notifikasi dari LINE masuk ke ponselnya. Pipinya mendadak memanas saat ia tahu siapa pengirimnya. Aga! Ya ampun! Gue terciduk, batin Fara.
Sialan! batin Fara. Ini Aga sebenarnya maunya apa, sih? Fara heran sendiri jadinya. Kenapa Aga seolah-olah menjadi setan, bukan mantan? Menghantui Fara agar tidak move on, berharap agar mereka balikan, dan membuat Fara tidak bisa terlepas darinya.
Satu hal yang kini Fara sadari, ternyata pepatah dokter cinta berikut memang telah teruji kebenarannya, “Jangan pernah remehkan mantan karena mantan adalah jelmaan setan.” Bayangkan saja, baru putus beberapa jam yang lalu, sosok Aga terus saja menghantui Fara yang hatinya gundah gulana, galau, gelisah, dan merana.
Seumur-umur Fara hidup di dunia ini, baru Aga yang membuatnya seperti ini. Aga adalah mantan paling ajaib yang Fara miliki.
Sengaja Fara membalas seperti itu demi kesejahteraan negara Indonesia. Sejujurnya, hati Fara ingin sekali memberi kode keras kepada Aga untuk balikan, tetapi itu terlalu ekstrem. Yang ada, Aga nanti malah semena-mena karena merasa Fara begitu mencintainya.
Cukup! Cukup! Cukup sekian dan terima kasih atas perasaan kesal yang telah diberikan oleh Aga kepada Fara pada malam Minggu yang menyebalkan ini. Rasanya, Fara begitu terzalimi oleh mantan terlaknatnya itu. Apa maksud Aga? Apa? Siapa pun, tolong jelaskan!
Fara akhirnya memilih untuk diam, tidak berniat sedikit pun untuk membalas lagi pesan dari Aga. Ia tidak mau masuk zona baper gara-gara mantan. Baru saja Fara hendak keluar dari aplikasi LINE-nya, pesan dari Aga masuk lagi.
“Ngapain nih si oon, eh, maksudnya si mantan nanya-nanya kayak gini? Penting? Mau gue di rumah kek, di hutan, di Hong Kong kek, bukan urusan lo. Heran gue,” gumam Fara, terheran-heran. Ia menimbang-nimbang apa balasan yang harus ia tuliskan. Belum sempat ia menulis balasan untuk Aga, pesan dari Aga sudah keburu masuk lagi.
Fara kaget membacanya. Matanya sampai memelotot segala. Detik berikutnya, ia menggigit kuat selimut tebalnya. Hatinya pun langsung dipenuhi bunga-bunga setelah membaca pesan dari Aga. Ini dia yang Fara tunggu-tunggu dari tadi!
Eitsss ..., tetapi Fara harus tenang, kalem, dan jangan gegabah. Ia harus jual mahal biar Aga merasakan nyesek-nya orang nyesek. Tidak boleh langsung terima begitu saja. Intinya Fara butuh tahu dulu perjuangan Aga yang sebenarnya. Kalau diterima begitu saja, enak di Aga. Main putus seenak udel, eh, beberapa jam kemudian meminta balikan lagi dengan santainya. Aga pikir, status mereka cuma mainan? Ini urusan hati, harus hati-hati.
Ibu jari Fara mulai mengetik balasan yang akan ia berikan ke Aga. Tentu saja isinya menolak mentah-mentah ajakan Aga barusan. Ia harus kuat-kuat menahan diri walaupun sebenarnya balikan dengan Aga adalah yang hal yang begitu ia nantikan. Belum sempat ia selesai mengetik, pesan kembali masuk dari Aga membuat Fara menghapus kembali kalimat yang sudah sempat ia ketik tadi. Fara sendiri heran dengan Aga yang membalas pesannya begitu cepat. Tidak seperti biasanya, membutuhkan waktu minimal tiga menit untuk Aga membaca dan membalas pesan dari Fara.
Fix. Ini gila! Aga mengegas pol tanpa kendor! Fara kembali gigit selimut. Ini maksudnya apa coba? Jika terus-terusan seperti ini, yang ada dada Fara yang tidak kuat. Ini semua membuat Fara bingung. Semakin jelas Aga ingin membuatnya kembali hanyut dalam rayuan sehingga Fara semakin susah move on dan teman-temannya akan metertawainya. Mentertawai betapa malang dirinya yang tidak bisa melupakan Aga.
“Ini nggak boleh terjadi. Nggak! Gue harus bisa move on dan bikin Aga yang gagal move on!” ucap Fara, berapi-api.
Fara menahan dirinya mati-matian untuk tidak membalas pesan dari Aga. Ia membuka menu timeline untuk melihat posting-an yang ada di timeline. Fara kembali scroll ke atas saat tak sengaja tadi melihat dengan sekilas nama Aga. Ia men-scroll dengan pelan karena ia begitu penasaran dengan posting-an mantan.