Mantan Terindah

Rana Kurniawan
Chapter #5

Luka yang Tak Sembuh

Judul : Luka yang Tak Sembuh

Penulis : Rana Kurniawan


Waktu berjalan tanpa suara.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan.

Rana mulai terbiasa hidup sendiri. Ia bekerja seadanya, membantu di bengkel milik pamannya di Kadubana.

Pagi ia buka pintu bengkel, malam ia menutupnya dengan pikiran kosong.

Rutinitas itu menenangkan, meski kadang terasa seperti hukuman.


Sore-sore sering dihabiskan dengan duduk di pinggir jalan, melihat anak-anak bermain bola, mendengar tawa yang dulu terasa akrab.

Tapi setiap kali melihat sepasang muda-mudi lewat berboncengan, hatinya kembali bergetar pelan — bukan karena iri, tapi karena rindu yang belum mau pergi.


> “Katanya waktu bisa menyembuhkan segalanya,” gumamnya lirih, “tapi kenapa waktu malah bikin aku makin ngerasa kosong?”


Pertemuan yang Tak Terduga


Suatu pagi, Rana diminta mengantar suku cadang ke pasar besar di daerah perbatasan — pasar tempat warga Kadubana dan Ciburayut sering bertemu.

Ia berangkat dengan motor tuanya, melewati jalan yang sama, melewati bukit kecil yang dulu sering ia lewati bersama Een.


Sampai di pasar, suasananya ramai. Bau sayur, ikan, dan tanah basah bercampur jadi satu.

Rana menurunkan barang, lalu duduk di warung kopi kecil di sudut pasar untuk istirahat.


Sambil meneguk kopi, matanya tanpa sengaja menatap ke arah keramaian di seberang jalan.

Ada sosok perempuan berdiri, memakai jilbab abu-abu, sedang memilih sayur di kios.

Langkahnya pelan, tangannya lembut, suaranya samar terdengar di antara hiruk pikuk.


Rana terdiam.

Waktu seolah berhenti.

Semua suara di pasar lenyap, berganti dengan degup jantung yang tiba-tiba kacau.


Itu Een.

Antara Kenangan dan Kenyataan


Lihat selengkapnya