Judul : Semua Harus di Lepaskan
Penulis : Rana Kurniawan
Pagi itu udara terasa berbeda.
Langit Ciburayut tampak biru pucat, tapi hati Rana terasa kelabu.
Ia duduk di depan bengkel sejak subuh, memandangi jalanan yang masih basah oleh embun.
Hari ini, Alya akan pergi ke Serang.
Motor-motor lewat, anak-anak berangkat sekolah, namun waktu terasa berjalan lambat.
Di meja kerja, masih ada cangkir kopi yang biasa Alya bawakan.
Masih ada syal merah yang pernah tertinggal waktu hujan sore itu.
Semua benda kecil itu seolah punya suara — memanggil kenangan satu per satu.
“Alya, kenapa harus secepat ini?” gumamnya lirih.
Perjalanan ke Terminal
Menjelang siang, Rana tak tahan lagi.
Ia menutup bengkel dan berangkat ke terminal Kadubana.
Angin terasa kering, menyapu wajahnya seperti mengingatkan bahwa sesuatu akan berakhir hari itu.
Sampai di terminal, ia melihat Alya dari kejauhan.
Perempuan itu berdiri dengan koper kecil di tangan, ditemani seorang rekan guru.
Kerudung putihnya tertiup angin, dan sesaat, Rana melihat sosok itu seperti cahaya — lembut, tapi perlahan menjauh.
Rana melangkah mendekat.
“Alya!” panggilnya.
Alya menoleh.
Ada senyum, tapi juga genangan air di sudut matanya.
“Mas Rana…” suaranya nyaris tak terdengar di tengah riuh suara bus dan klakson.
Percakapan Terakhir