Judul : Masih Hafal Caramu Tersenyum
Penulis : Rana Kurniawan
Malam itu, hujan turun pelan-pelan. Butirannya menetes di atap rumah Rana, menciptakan suara yang menenangkan sekaligus menyesakkan.
Di antara suara hujan itu, Rana duduk sendirian di depan jendela kamar.
Kopi di tangannya sudah dingin, tapi pikirannya justru berkecamuk, penuh kenangan yang datang silih berganti β semuanya tentang Een.
Sudah bertahun-tahun waktu berlalu sejak terakhir kali mereka berbicara.
Namun di hati Rana, bayangan gadis itu belum pernah benar-benar pergi.
Ada ruang kecil dalam dirinya yang tetap menyimpan senyum Een, suaranya, caranya memanggil nama Rana dengan nada lembut yang tak bisa digantikan siapa pun.
βNa, kamu tuh kalau ketawa jangan nutupin muka, aku pengin liat,β
kata Een dulu, di sebuah sore yang penuh tawa dan cahaya jingga.
Rana menutup matanya. Ia masih bisa membayangkan momen itu sejelas dulu β
sore di bawah pohon jambu, Een duduk di atas motor, rambutnya dihembus angin, dan matanya yang bening menatap Rana seolah dunia hanya milik mereka berdua.
Rasa yang Tak Pernah Usai
Kadang Rana berpikir, mungkin dirinya bodoh.
Sudah jelas Een kini milik orang lain, sudah seharusnya ia berhenti mengingat.
Namun setiap kali mencoba melupakan, justru yang muncul adalah potongan-potongan kenangan kecil yang menolak pergi.
Kenangan ketika mereka makan bakso berdua di pinggir jalan, ketika Een ngambek karena ditinggal pulang duluan, ketika mereka tertawa karena kehujanan di tengah jalan.