MANTANnya Teman jadi Pacar

Euis Shakilaraya
Chapter #2

Sejarah Popularitas Sisil

Sisil berniat merangkak masuk ke ruang guru demi memenangkan hati Pak Radit. Hanin mencegah ide gila temannya dan langsung menyeretnya ke hadapan guru Bahasa Indonesianya itu.

"Pak, Toto bilang Bapak minta saya baca puisi di depan kelas?" Sisil berusaha tegar.

"Iya, mulai hari ini, setiap pelajaran saya, kamu harus praktek baca puisi untuk persiapan ikut lomba," jelas Pak Radit santai. Dia tidak bisa menangkap gurat kekhawatiran di wajah siswinya yang hampir merangkak bersimpuh.

"Pak, saya nggak bisa baca puisi. Kenapa harus saya?"

"Puisi kamu katanya dimuat di Harian Kota, kan?"

"Terus apa hubungannya sama baca puisi? Saya nggak setuju. Nggak bisa."

"Kamu nggak tahu potensi kamu sebelum kamu gali dan coba lakukan, Sil."

"Pak, nggak ada yang bisa di gali. Memang nggak ada potensinya." Frustasi Sisil hampir menjambak rambutnya sendiri. Hanin merasakan napas memburu Sisil. Pak Radit bangkit dan menatap siswinya lekat.

"Teriakan kamu barusan sama kayak intonasi puisi. Udah buruan masuk kelas dan gunain tenaga kamu buat baca puisi!" Guru Bahasa Indonesia itu melenggang pergi menjauhi Sisil dan Hanin. Sisil hampir melempari gurunya itu dengan sumpah serapah sebelum Hanin menggeleng kuat dan menyelamatkannya dari hukuman bar-bar yang sering diberikan kepada siswa dan siswi yang melawan kepada para guru. Sisil ingin menangis. Ini semua gara-gara popularitas yang dibuat oleh Jojo. Hidupnya menjadi banyak kejutan.

***

Aku ingin

oleh Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Suara Sisil sangat kecil. Dia ogah-ogahan. Puisi yang sangat indah itu seolah tertelan angin dan tak sampai sama sekali maknanya.

"Kamu baca puisi atau kumur-kumur, Sil?" tanya Pak Radit.

"Kumur-kumur, Pak." Jawaban Sisil mengundang tawa seluruh kelas. Belum selesai penderitaannya diolok-olok saat pelajaran Matematika, sekarang dia harus berdarah-darah di mata pelajaran yang sebenarnya dia sukai. Kenapa ya Tuhan. Ini semua tidak adil. Gerutuan itu berdesakan di lubuk hati Sisil yang tidak terlalu dalam.

Lihat selengkapnya