Yogi bersikeras menolak diobati di UKS dan memilih langsung pulang. Pak Karim menyerah kembali ke kantor guru. Sedangkan Sisil masih mengekor langkah cowok yang berjalan sedikit tertatih itu. Perasaan khawatir merayap di dadanya melihat Yogi yang seolah sedang memaksakan diri agar tidak pingsan. Sebagai kapten tim basket, Jojo memiliki tubuh yang bugar dan atletis. Berbeda dengan Yogi yang terbiasa hanya belajar dan membaca di perpustakaan. Sisil sigap meraih lengan Yogi saat tubuhnya terhuyung.
"Yakin nggak ke UKS? Orang tua kamu nanti khawatir nggak?" tanya Sisil gelisah. Yogi tersenyum menepuk kepala Sisil pelan dan melepaskan tangan Sisil yang mencoba memapahnya. Yogi masuk kelas dan mengambil tasnya.
"Aku pulang dulu," lirih suara Yogi terhempas angin. Sisil membiarkan Yogi berjalan jauh melewatinya. Dia pun langsung menuju kelas dan celingukan mencari Hanin.
"To, liat Hanin?" Sisil bertanya pada Toto. Yang ditanya diam saja tak acuh. Dia benar-benar tidak menyukai panggilan Sisil untuk dirinya.
Hanin sudah tidak di kelas. Setelah seleksi lomba, tidak ada proses belajar mengajar. Banyak siswa yang sudah pulang dan ada beberapa yang masih lalu lalang di sekolah karena ada kegiatan tertentu. Sisil membuka loker dan mengambil tasnya. Saat menarik benda berisi buku pelajaran itu, jatuh sepucuk surat beramplop biru langit. Sisil menghela napas. Dia tidak ingin peduli dan memilih tak memungut amplop yang terjatuh. Langkahnya pasti hendak mencari Hanin di kantin mengingat semua jajan yang dibelinya tadi terbuang sia-sia.
Namun langkah kecilnya terhenti. Tubuh tegap Jojo tiba-tiba sudah di depan kelas. Cowok itu tersenyum tulus namun dibalas ekspresi cemberut Sisil yang menggemaskan. Tangannya mendorong Jojo dan kembali berjalan menjauh dari kelas. Cewek itu mendadak sangat kesal melihat pelipis Jojo berdarah dan tulang pipinya yang terlihat sangat bengkak memerah.
"Sil, pelan-pelan jalannya, perut gue sakit nih," rengek Jojo berakting memegangi perutnya. Sisil memelankan langkah tanpa menengok.
"Mau pulang bareng nggak?" tanya Jojo. Sisil masih diam saja.
"Mau beli es krim?" Jojo tak menyerah. Cewek itu hilang kesabaran. Dia membalik badannya.
"Lu ke UKS dulu aja. Obatin lukanya. Habis itu baru gue pikirin mau ngomong sama lu lagi atau nggak," tegas Sisil. Jojo menahan tawanya. Sebaiknya dia ikuti perintah cewek di depannya sebelum wajah Sisil semakin cemberut dan lebih menggemaskan lagi.
"Kalian pada punya masalah apa sih? Emang kalian anak kecil? Udah bisa berpikir kan? Otak kalian pindah ke tangan apa gimana?" gerutu Sisil.
"Maaf," ucap Jojo pelan.
"Nggak mau ke UKS kenapa? Sok jagoan?" omelan Sisil masih berlanjut. Jojo mengernyit.
"Mau kok. Ini mau ke UKS. Maaf ya bikin lu khawatir," Entah berapa kali Jojo harus meminta maaf agar perasaan Sisil membaik. Cewek cantik itu memarahi Jojo melalui tatapan matanya yang menajam dan langsung berlalu meninggalkan Jojo setelah merogoh ponselnya dari saku rok seragamnya dan mengirimkan pesan pada Hanin.
[ Sisil : Nin, di mana?]
***
Hanin menyerahkan es krim stik rasa cokelat kepada Sisil. Cewek itu menerimanya dengan senang hati. Langkah mereka gontai keluar dari gerbang sekolah menuju halte bus.
"Para biang onar itu nggak bisa kali ya bikin hidup gue sedikit tenang," omel Sisil seperti memarahi es krim yang sedang digigitnya. Hanin mengangguk setuju.