MANTANnya Teman jadi Pacar

Euis Shakilaraya
Chapter #11

Surat Biru Langit

SETAHUN YANG LALU__Gerimis mengguyur pemakaman mama Hanin yang meninggal karena penyakit jantung. Hari itu, semua teman sekelas Hanin diperbolehkan tidak masuk sekolah untuk melayat dan berbelasungkawa. Kafka melihat Hanin yang terdiam bersimpuh di depan makam mamanya ditemani oleh Sisil yang merangkul dan menyeka air mata Hanin yang mengalir deras. Selesai pemakaman dan doa yang dipimpin oleh seorang ustad, satu persatu teman sekelas memeluk Hanin dan menyampaikan belasungkawa. Terlihat kepala sekolah dan jajaran guru ikut berpamitan kepada Hanin dan papanya.

Kafka berjalan perlahan kemudian menepuk bahu Hanin pelan.

"Turut berduka ya, Nin."

Hanin hanya mengangguk, tatapan matanya kosong. Kafka berjalan menjauh dari makam dan bergabung bersama anak bandnya. Meskipun belum genap satu semester dia mengenal Hanin, tapi melihat cewek itu berduka, hatinya terusik.

"Kenapa, bro?" tanya Regas. Kafka menggeleng.

"Kita batalin aja ya latihan band hari ini," ucap Kafka. Arya mengangguk dan menepuk bahu Kafka pelan. Langkah mereka semakin menjauh dari pemakaman. Meninggalkan Hanin di belakang. Sekali lagi, Kafka menengok ke arah Hanin.

***

Kafka memainkan gitarnya asal-asalan. Dia masih memikirkan kejadian Jojo dan Yogi adu jotos. Sekeras apapun dia berpikir, dia tetap merasa semuanya tak masuk akal. Bagaimana bisa Jojo dan Yogi merebutkan Sisil sedangkan jelas-jelas Yogi sedang dekat dengan Hanin. Dia menggeleng keras. Ponselnya bergetar.

Ekspresi wajahnya mendadak cerah melihat notifikasi chatnya tertulis nama Hanin sebagai pengirim pesan.

[ Hanin : Kaf...]

[ Kafka : Kenapa, Nin? ]

[ Hanin : Maafin aku. Bisa ketemu di taman deket rumah aku sekarang? ]

Kafka melirik jam di ponselnya, 20.15. Dia langsung menyambar jaketnya dan buru-buru keluar kamar. Perasaannya campur aduk. Dia masih berharap kalau kenyataan bahwa Hanin sudah berpaling ke lain hati itu tidak benar.

"Ma, aku pinjem mobil sebentar ya." Kafka menyembulkan kepalanya ke ruang kerja mamanya. Mama yang sedang sibuk dengan kain, jarum dan semua peralatan tempurnya sebagai fashion designer hanya melirik dan melambaikan tangan tanda setuju mobilnya dipinjam oleh Kafka.

[ Kafka : Oke, sampe ketemu di sana. Jangan lupa pake jaket. ]

***

Kafka memarkir mobilnya sekitar taman dan berjalan mendekat ke arah Hanin yang sudah menunggunya di bangku taman. Cewek itu benar-benar tidak pernah mendengarkan. Dia terlihat hanya memakai kaos lengan pendek dan celana tidurnya yang bermotif kelinci. Kafka melepas jaketnya untuk menutup tubuh mungil Hanin.

"Dibilangin pake jaket," ucap Kafka sambil duduk di samping Hanin.

Lihat selengkapnya