Jauh di sebuah rimba, tempat satwa sebangsaku merayakan kemerdekaannya, api berkobar merah menyala-nyala. Baris pepohonan yang berbanjar hijau pun melepuh, hangus bak diterjang bara tiada habisnya. Kawananku yang terbang beriringan kini menukik, mengepakkan sayapnya mengiringi tarian dewi langit, mengibarkan panji peperangan, menantang nafsu angkara umat manusia. Kaumku yang terbiasa menjatuhkan biji pohon ara untuk penyerbukan hutan, kini menukik dan melandai, bersiap menabuh genderang tempur.
Kami akan melawan.
Kami bersedia merapatkan kepak sayap yang tinggal segelintir, melumat kedigdayaan manusia yang meluluhlantakkan rimba dan ibu bumi kami.