Mantra Cinta Mengintai

Jagat Aripin
Chapter #6

Antara Mimpi dan Cinta

Arsat merasa ada bayangan hitam yang melompat dari samping kanan. Jantungnya berdetak tak karuan. Ia menoleh dengan waspada lantas menelusuri arah kehadiran sosok itu. Namun, belum sempat melangkah lebih jauh justru raungan harimau kembali terdengar dari belakang. Arsat menjerit, tubuhnya jatuh terhempas kemudian mengesot menjauh dengan panik.

Tiba-tiba, sesosok bayangan kucing besar melompat tepat di hadapannya. Suara auman terdengar lagi—kali ini yang ketiga—menggetarkan seluruh rongga dadanya. Sejauh lima meter, muncul sosok kakek tua berjubah putih. Ia berjalan perlahan penuh wibawa namun misterius.

Namun, alih-alih mendekat, Arsat malah mundur, menyimpan ketakutan. Berteriak keras hingga Arsat terbangun dari tidur, dadanya naik turun menahan napas.

Tubuhnya kuyup oleh keringat ketakutan. Napasnya memburu, seperti habis berlari dari bayangan yang tak terlihat. Dengan gerakan lelah, Arsat menyeka wajahnya yang basah lalu bangkit perlahan menuju dapur yang remang-remang.

 

Arsat mengambil segelas air putih lalu meneguknya dalam diam. Dingin air tak juga meredakan panas di kepalanya. Matanya kosong seperti menatap sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Pikirannya kalut, diselimuti pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawaban.

 

"Kenapa sosok kakek itu selalu muncul dalam mimpi gua sih?" gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan pada dirinya sendiri.

 

Setelah menghabiskan air, Arsat menatap gelas kosong itu sejenak. Kembali ke kamar lalu mencoba memaksakan diri untuk tidur kembali—meski benaknya belum juga menemukan ketenangan. Seakan mimpi tadi masih bersembunyi di balik kelopak matanya. Menunggu waktu untuk kembali menyergap.

 

***

Di sebuah kafe yang menyuguhkan semilir angin dan aroma kopi hangat, Dinan duduk sendiri menikmati waktu luang. Secangkir kopi hitam mengepul di meja dan jari-jarinya sibuk menari di atas layar ponsel. Ia tengah membuat status media sosial, sekadar membuang rasa bosan. Saat menggulir linimasa, ia sempat melihat unggahan jasa pengasihan dari akun bernama Nyi Pingit, lengkap dengan foto profil perempuan bersanggul ala putri kerajaan. Namun, Dinan hanya melewatkan begitu saja.

Meletakkan ponsel di samping kemudian menyeruput kopi. Aroma kopi pekat bercampur ketenangan pagi. Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Matanya menangkap seorang cowok yang tak asing—Johan, orang yang baru dikenal, tengah berjalan bersama wanita bergaun merah dengan rambut pirang mengilat.

Dinan langsung menyingkir, mencari tempat yang lebih tersembunyi. Mengambil majalah yang ada di meja untuk menutup wajah. Matanya mengintip serta menyaksikan dari jauh adegan menjijikkan: Johan menciumi tangan wanita itu, melempar rayuan yang membuat perempuan itu tersipu malu, seolah dibuai mimpi manis.

Lihat selengkapnya