**
“Danum…”
“Danum…”
“Tunggu sebentar…”
“DANUM BADIA…”
“Kita harus bicarakan ini baik-baik…”
“Dengarkan dulu semua penjelasanku!”
“Apalagi yang perlu dijelaskan? Bukankah semuanya sudah jelas?” sahut Danum Badia sembari melangkah keluar dengan langkah cepat meninggalkan Arik Badra.
Arik Badra berlari mengejar Danum Badia, perempuan yang selama ini telah menjadi rembulan di hatinya. Arik Badra sungguh ingin menjelaskan semua kesalahfahaman ini pada sang kekasih hatinya.
“Danum…”
“Dengarkan dulu semua penjelasanku!”
“Apa lagi yang perlu dijelaskan? Semuanya sudah jelas bukan? Ternyata kau selingkuh di belakangku. Bahkan kau telah melamar kakakku di hadapan ayah kami! Mau apalagi sekarang?”
Danum Badia hanya bisa menangis. Kecewa, terluka, cemburu dan marah saat mengetahui dirinya telah dipermainkan oleh kekasihnya sendiri dan juga kakak kembarnya, Maharati.
“Danum…”
“DANUM BADIA…”
“Dengarkan aku dulu, ini semua tidak seperti dugaanmu! Dengarkan dulu semua penjelasanku…” pinta Arik Badra.
Namun kata-kata itu tak lagi berarti bagi Danum Badia. Hatinya kini telah hancur, remuk redam. Kekasih yang selama ini sangat dicintai dan dipercayainya, terang-terangan selingkuh dan mengkhianati dirinya. Dan yang paling membuatnya hancur, Arik Badra ternyata selingkuh dengan kakak kandungnya sendiri. Mana mungkin Danum Badia bisa menerima itu.
“Jadi, laki-laki yang selama ini diagung-agungkan Maharati dalam setiap ceritanya adalah Arik Badra? Jadi, ayah tadi sore menelponku dan mengatakan bahwa sebentar lagi aku akan punya kakak ipar? Itu adalah kekasihku sendiri?” Danum Badia membatin sembari terus membawa dirinya berlari menjauh dari jangkauan laki-laki yang telah menghancurkan hatinya itu.