MANTRA CINTA Si Anak LASANG

Poloria Sitorus
Chapter #5

BAB. 5 - Pertemukan Aku dengan Ayahmu



**

“Arik Badra…”

“Pulanglah…”

“Ini sudah terlalu malam…”

Danum Badia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Arik Badra. Sejak tadi mereka berdua masih duduk di pinggiran jalan setapak tidak jauh dari halaman rumah kediaman Danum Badia, di Kawasan Red Rose Residence.

 

“Danum…”

“Tidak! Aku tidak bisa pulang dengan keadaan seperti ini!” Arik Badra menggelengkan kepalanya beberapa kali. Sungguh, malam ini, andai saja Danum Badia mengizinkan, Arik Badra sangat ingin melewati malam ini bersama kekasih hatinya. Namun itu juga mustahil, Arik Badra tahu bahwa Danum Badia pasti tidak akan mengizinkannya masuk selangkah kaki pun ke dalam rumahnya. Itu tabu bagi Danum Badia. Dia adalah perempuan yang sangat menjaga norma dan etika. Bahkan meski tidak ada Pak Satpam yang sedang berjaga di pos, Danum tidak pernah menginjinkan Arik Badra masuk sejengkal pun ke dalam rumah kediamannya. Biasanya, Arik Badra dimintanya mengantar sampai di depan gerbang dekat pos jaga Pak Satpam, di tempat saat ini mereka sedang duduk dengan perasaan yang sama-sama bergejolak dalam dada mereka masing-masing.

 

“Danum Badia, kita harus selesaikan masalah ini secepatnya. Aku tidak ingin kesalahan ini diteruskan. Aku tidak akan menikahi Maharati! Aku hanya mencintai dirimu seorang, Danum. Hanya kau, Danum Badia. Kaulah satu-satunya yang selama ini ada di hatiku. Bukan Maharati!” ucap Arik Badra sungguh-sungguh sambil terus berusaha meraih jemari Danum Badia dalam genggamannya.

 

“Tapi…”

“Arik Badra, bukankah kau sudah berjanji di depan ayah kami, bahwa kau akan menikahi kakakku, Maharati.?!” Danum Badia kembali mengingatkan Arik Badra tentang apa yang telah dilakukannya seminggu yang lalu di hadapan Purok Mamut dan Maharati. Dan saat itu pula Danum Badia kembali melihat lagi dalam ingatannya, foto-foto kemesraan Arik Badra dan kakak kembarnya yang dipamerkan di Instragram-Story milik Maharati, perasaan Damum Badia terasa sangat sakit. Hatinya terasa bagai disayat tajam sembilu setiap kali membayangkan bagaimana laki-laki yang selama ini memberinya impian dan janji-janji manis sehidup semati, sebentar lagi akan menjadi suami bagi kakak kembarnya. Hanya membayangkannya saja, hati dan perasaan Danum Badia terasa perih dan sangat sakit.

 

“Bahkan kau juga telah memakaikan ‘Agit’ pemberian ayah kami di leher Maharati! Arik Badra, kau tidak boleh menganggap remeh dan sepele hal-hal seperti itu. Kau belum benar-benar mengenal siapa ayah kami yang sesungguhnya,” ucap Danum Badia dengan suara yang kian parau. Bening yang sejak tadi menggantung di kantong matanya, akhirnya lepas dari pertahanannya. Hangat membasahi pipinya. Bersamaan meluapnya gemuruh dalam dadanya. Danum Badia menangis terisak dengan dada bergetar. Tak dapat dia lukiskan bagaimana sakit hatinya saat ini.

 

“Ayah kami, Purok Mamut, adalah seorang keturunan Lasang sakti di Negeri Borneo ini. Kebanyakan orang takut padanya, bukan karena harta, kekuasaan dan kedudukannya, tapi karena dia adalah keturunan seorang Lasang. Dan apa pun yang diucapkan di hadapannya, tidak boleh diingkari, Arik Badra! Apakah kau tahu itu? Apakah ayah kami tidak mengatakan itu padamu?”

 

Danum Badia mengucapkan kalimat-kalimatnya setengah berbisik di telinga Arik Badra, dengan nada suara bergetar menahan gemuruh dalam dadanya. Sebab Danum Badia tahu, mau tidak mau, dia harus merelakan Arik Badra dalam pelukan kakak kembarnya, Maharati. Meski hatinya hancur, dan terasa remuk. Meski separuh jiwanya terasa hilang ketika membayangkan laki-laki yang selama ini dicintainya harus menjadi milik kakak kembarnya nanti.

 

“Arik Badra…kumohon, pergilah. Pulanglah sekarang…” pinta Danum Badia dengan suara bergetar masih menahan isak tangis.

Lihat selengkapnya