Mantra Coffee

Noir Gallagher
Chapter #3

2 : Sang Pembaca Jejak

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pelanggan. "Selamat datang di Mantra Coffee."

Jalannya hari ke hari, coffee shop yang berdiri di atas tanah pelajar itu semakin ramai di kunjungi pelanggan. Mayoritasnya mahasiswa-mahasiswi di kampus-kampus terdekat. Apa lagi hari ini adalah hari Jum'at, hari di mana weekend baru saja dimulai. Tepat sedari pukul empat sore tadi, Mantra coffee sudah buka.

Seorang barista bersarung tangan hitam, berwajah tampan, berkulit putih, dan bertubuh tinggi diam di balik bar. Pemuda dengan ekspresi dingin, berambut comma itu tidak banyak bicara, atau bahkan hampir tidak pernah bicara. Kali ini ia sedang menatap suasana Mantra yang agak ramai, sambil membersihkan gelas-gelas kaca dengan sebuah kain lap.

Gemerincing lonceng di pintu membuatnya menoleh. Ditatapnya seorang gadis berambut bondol hampir menyentuh bahu, mengenakan baju abu-abu. Ia memesan Affogato Vanilla, dan duduk seorang diri, sembari membuka laptop dan menulis sesuatu di kertas. Sesekali ia menyendok ice cream vanilla yang sudah dicumbu espresso.

Kurang-lebih satu jam berlalu, gadis itu bangun, keluar dari zona nyamannya dan beranjak pergi setelah membayar.

Barista bertopi beanie kemudian membersihkan meja bekas gadis itu dan menemukan benda kecil berbentuk segitiga. Setelah membereskan meja tersebut, ia kemudian berjalan ke arah bar, tempat si barista bersarung tangan hitam sedang diam di baliknya.

"Ada barang ketinggalan nih, Tam."

Retsa Pratama. Pemuda tampan itu langsung mengambil pick gitar yang diberikan temannya. Ia membuka sarung tangan hitam di tangan kanannya, kemudian menyentuh benda itu dengan tangan telanjang.

Sekelebat ingatan mengalir di dalam kepalanya, menjadi sebuah sinema imajin yang hanya dapat disaksikan. Kilas balik ingatan dari pick gitar itu mengalir di dalam pikiran Tama, berbaur dengan memorinya.

Kemampuan Psikometri adalah kemampuan menggali informasi serta komunikasi dengan objek atau benda apapun di sekitar. Kondisi ini memungkinkan, karena pada setiap benda itu terdiri dari susunan atom yang telah membentuk kumpulan molekul. Molekul yang ada dibenda padat, benda gas, ataupun cair itu memiliki getaran yang menghasilkan sebuah gelombang khusus. Kemudian kumpulan molekul serta atom itu dapat merekam sebuah peristiwa, dan dari rekaman itulah sang psikometri menggali informasi serta membaca gejala sebuah peristiwa. Tama merupakan sang pembaca jejak.

Tanpa kata-kata, Tama berjalan keluar dari bar dan pergi meninggalkan Mantra dengan motor Vario birunya. Ketiga temannya tak ada yang tahu-menahu ia pergi ke mana, atau ada alasan apa. Namun, tak ada yang bertanya, tak ada yang protes, dan membiarkan Tama pergi.

***

Institut Seni Indonesia (ISI).

Tama menginjakkan kaki di kampusnya sendiri. Sebuah kampus impian yang jauh dari lokasinya tinggal. Maguwoharjo-Bantul. Berdasarkan memori dari pick gitar itu, gadis tadi sering berada di ISI. Kemungkinan ia juga salah satu mahasiswi di kampus ini.

Kampus ini agak sepi saat malam hari, tetapi tidak dengan Fakultas Seni Pertunjukan. Saat ini, di tempat itu ada acara makrab dan mini konser dari anak-anak di jusuran tersebut. Tama pun melangkahkan kakinya menuju lokasi itu.

Begitu sampai di sana, Tama melihat sekeliling ruangan untuk mencari-cari wanita berambut bondol yang mengenakan baju abu-abu tadi. Namun, di tengah keramaian itu, Tama tak bisa menemukan sosoknya.

Lihat selengkapnya