Mantra Kuning

Rie Arshaka
Chapter #17

Mantra Kasumbi

16


Ramah tidung sing wangi. Tugu wayu luruh puting. Sitan datang turun lawani setan. Kayu agung lamah sangat. Allahumma dang kasumbi. Kasumbi pasak (susuk) Muhammad. Bismillah aku memakai kata kasumbi. Menundukkan ruh si pujaan hati ….”*


SYARIFUDIN duduk di dekat api unggun kecil yang hampir padam. Pondok kecil milik keluarga Danum, tempatnya disuruh menginap untuk sementara, terdengar berderit-derit diterpa angin. Pondok yang berada tidak terlalu jauh dari rumah utama itu terbuat dari bambu dan disatukan oleh tali-tali rotan, dengan atap daun rumbia. Mulanya, pondok itu dibuat hanya untuk tempat bermain Danum ketika masih kecil sebelum akhirnya diperbesar lagi.

Di atas api, Syarifudin membakar terasi dan ikan asin. Menurut ayah Danum, apabila seseorang membakar terasi dan ikan asin pada malam hari, haruslah menyisihkan sebagian untuk hidangan para roh gaib yang mendiami hutan. Bau dari terasi dan ikan asin yang dibakar bisa menggugah nafsu makan mereka yang tak kasatmata. Dan agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, ayah Danum menyarankan untuk batawaran (menawarkan).

Syarifudin menurut saja. Sedikit sambal terasi dan secuil ikan asin ia letakkan di atap pondok. Setelah itu, ia membakar ubi, kemudian mulai menikmati makan malamnya dalam kesunyian. Makan malam yang tampak begitu sederhana, tapi bukan itu yang membuat Syarifudin tak berselera. Dari senja tadi, hatinya disaput cemas memikirkan hari esok—hari di mana keputusan keluarga Danum atas lamarannya akan ditentukan. Pasalnya, ia sedikit trauma karena dulu pernah berkali-kali menerima penolakan dari keluarga Fatma.

Ah, Fatma, seketika Syarifudin ingat pada mantan kekasihnya itu. Bagaimana kabarnya sekarang? Apa telah mempunyai anak? Apa ia bahagia bersama suaminya? Bayangan kebersamaan mereka tiba-tiba melintas kembali. Ia ingat saat terakhir kali mereka duduk berdua di tepian sungai dan saling menatap penuh kemesraan. Senyum Fatma kala sore yang gemilang itu sungguh teramat manis dan susah dilupakan.

Di tengah bayangan itu, Syarifudin teringat sebuah mantra tua yang diajarkan oleh mendiang neneknya, yang katanya bisa membuat seorang wanita bertekuk lutut. Bahkan, jikapun wanita itu sudah bersuami. Si wanita akan gila jika tidak mendatangi si pengucap mantra. Dan keluarganya tentu tidak mau bila anaknya menjadi gila. Namun, belum selesai Syarifudin mengingat semua mantra, bayangan wajah Danum tiba-tiba datang berkelebat. Karenanya, ia menggeleng beberapa kali, lalu merutuk dalam hati, Fatma sudah menjadi milik orang, buat apa lagi kuperjuangkan, huh?

Tak terasa malam semakin larut. Syarifudin pun bangkit dan berjalan menuju pondok. Ia ingin beristirahat meskipun yakin akan susah sekali bisa tertidur. Akan tetapi, baru saja sampai di depan pintu, tiba-tiba suara seorang lelaki terdengar jelas di telinganya, "Apakah kau yang bernama Syarifudin?"

Syarifudin menoleh dan melihat lelaki itu. Ia memiliki wajah yang asing, dengan rambut agak panjang dan mandau tersampir di pinggang. "Ya, saya Syarifudin. Kau siapa?"

"Aku Mantikei!" jawab lelaki itu.

Syarifudin melihat mata lelaki di hadapannya itu seperti penuh dengan amarah dan ketidaksukaan. "Lalu, ada apa?"

Mantikei tidak menjawab pertanyaan Syarifudin. Sebaliknya, ia memperhatikan sekeliling dan melihat rumah Danum yang berada tidak jauh dari sana. "Kau orang mana, Syarifudin?"

"Kau yang orang mana? Sepertinya saya tidak ada urusan denganmu!" jawab Syarifudin. Tak kenal rasa takut adalah ciri khas lelaki itu.

"Aku orang sini. Aku datang ke sini untuk melihat-lihat."

Syarifudin memandang Mantikei dengan curiga. Ia tidak menyukai cara Mantikei memperhatikan sekeliling, seperti sedang mengintai serta mengancamnya.

"Tolong pergilah dari sini, kita tak ada urusan," kata Syarifudin, berusaha untuk membuat Mantikei pergi.

Akan tetapi, Mantikei tampaknya tidak terganggu. Ia berkata, "Aku dengar kau ingin menikahi Danum."

Syarifudin terkejut. Yang ia tahu, rencananya untuk menikahi Danum belum diketahui oleh siapa pun, kecuali keluarga besar Danum.

Lihat selengkapnya