Mantra Kuning

Rie Arshaka
Chapter #24

Azimat


23


ARUM tertidur di atas tikar, bersebelahan dengan ranjang rumah sakit tempat Baihaki terbaring berpejam mata. Setelah siang bekerja di tambang, wanita itu menyempatkan datang ke rumah sakit untuk menunggui suaminya di malam hari. Syarifudin selalu meluangkan waktu untuk mengantar dengan mobilnya, sehingga Arum tidak perlu berjalan kaki jauh-jauh.

Ruangan rumah sakit kelas satu itu hanya dihuni oleh Arum dan Baihaki. Danum, yang baru datang dari kampungnya, membawa minyak bintang untuk Baihaki. Meskipun tidak tahu cara menggunakannya, Arum merasa tidak enak untuk mengajak Danum menemaninya di rumah sakit karena tahu kampung Danum sangat jauh. Danum pasti membutuhkan istirahat. Sebelum berangkat tadi, Arum sempat melihat wajah Danum yang muram dan tampak sedang memikirkan sesuatu.

"Minumkan, kalau perlu dengan pelungsur pisang masak atau oleskan saja minyaknya pada luka Baihaki. Semoga dia sembuh!" pesan Danum.

Arum mengangguk sambil mengucapkan terima kasih.

Suasana yang sunyi dan rasa lelah yang menggelitik tubuhnya membuat Arum tertidur lebih awal. Ia tidak menyadari ketika Baihaki bergerak dan berperilaku aneh beberapa jam setelah Arum mengoleskan minyak bintang.

Baihaki mengerang pelan. Keringat dingin membasahi bajunya, merasa seperti ada sesuatu yang bergerak di seluruh tubuhnya. Tulang-tulangnya bergetar dan terasa nyeri. Darahnya berdesir kencang, mengalir lebih cepat. Kakinya terasa dingin sementara bulu kuduknya berdiri tegak. Seakan-akan ada kekuatan gaib yang sedang memartil dan menyusun kembali tulangnya yang patah.

"Uuhhh!" Ia bergumam pelan menahan rasa sakit.

Beberapa menit kemudian, Baihaki tampak semakin kesakitan, tetapi anehnya ia tidak bisa berteriak. Kekuatan tak kasatmata seolah-olah membungkam mulutnya rapat-rapat.

Sesosok bayangan putih tiba-tiba muncul dari balik dinding. Bayangan itu menampilkan seringai yang mengerikan. Lidahnya bercabang seperti ular, terlihat panjang hingga ke dada. Rambutnya juga panjang, menjuntai hingga ke kaki. Sosok itu hanya memiliki satu bola mata yang berada di rongganya. Bola mata lainnya berada di tangan kanannya. Bola mata di tangan itu berlumuran darah, tampak berdenyut, seperti hidup dan bernapas.

"Mata saya ... tolong." Sosok itu berkata dengan suara serak. Ia mengulurkan tangan, menunjukkan bola matanya kepada Baihaki.

Lihat selengkapnya