24
RUMAH kontrakannya terasa sunyi. Namun, tidak sesunyi suasana hatinya sekarang. Dari tadi sore, Danum duduk merenung di depan jendela dengan perasaan yang sedih sambil sesekali memutar gelang di tangannya. Pandangan wanita itu kosong ke arah jalanan di depan rumah. Ia takut, takut kalau dalam waktu yang tidak lama lagi, ia akan kembali ke masa yang sama seperti dulu: ditinggal pergi orang terkasih.
Berapa lama lagi ia harus menunggu Syarifudin datang? Bagaimana bila suaminya bernasib sama dengan Harati? Danum sungguh cemas tak terkira. Wanita itu mulai merasa menyesal karena sudah berkata jujur tentang perlakuan jahat Mantikei. Sementara ia malah tak sempat bicara kepada Syarifudin bahwa sudah satu bulanan ini dirinya tidak mengalami menstruasi. Ia mengira telah hamil dan sialnya malah dalam kondisi yang sulit seperti sekarang.
“Seorang lelaki itu pantang harga diri diinjak-injak!” ujar Syarifudin beberapa hari yang lalu dengan buaian amarah, ketika pamit pergi ingin mencari Mantikei.
“Tapi, sebenarnya aku tak yakin apakah Mantikei memang benar melakukannya.” Danum masih merasa ragu. “Lagi pula, aku takut terjadi apa-apa padamu, Sayang!”
“Tuhan tahu siapa yang benar! Sudah hakku untuk menuntutnya. Kau baik-baiklah di rumah. Setelah selesai urusan, aku akan kembali.”
“Tapi ….”
“Sudahlah, Danum, tak usah membantah!”
“Yang!”
Merasa kesal niatnya hendak dicegah, Syarifudin lalu pergi dari hadapan Danum, cepat masuk ke dalam mobil dan melarikannya hingga debu-debu beterbangan, menutupi pandangan istrinya yang tengah menangis itu—istri yang sudah beberapa hari ini tidak lagi dipanggilnya ‘sayang’.
Azan Magrib tiba-tiba terdengar dari arah surau yang ada di samping kantor perusahaan. Danum tergemap sebentar, lalu bergerak menutup jendela. Tak ada senyum sama sekali di bibir wanita itu saat berjalan di ruang tengah hendak menuju tempat berwudu di belakang. Dan saat ia melintasi lemari pribadi milik Syarifudin, pintu lemari itu tiba-tiba terbuka dengan sendiri. Rupanya, Syarifudin lupa mengunci lemari tersebut ketika ia hendak pergi.