MANTRA MERAH

Gusty Ayu Puspagathy
Chapter #19

PENGAKUAN BEGJA ~ 19


Sampai sekarang, saya masih menandai tanggal 27 Maret 1998 sebagai ujung hidup saya. Bau kematian itu anyir dan menyesakkan. Saya hampir terpanggang jika arwah ibu saya tidak mengamuk di sana. Saya merasakan ngeri dan takjub seketika. Betapa berkuasanya ibu saya. Di mata saya dia seperti gambaran nyata patung durga yang menginjak-injak kepala. Dia mempengaruhi bajingan-bajingan yang membantai saya dan ayah saya untuk saling bunuh. Memang tak semuanya mati, tapi saya yakin mereka yang selamat sampai hari ini akan gila jika mengingat kejadian itu. 

Kalian tahu apa yang terjadi setelah itu? Tidak ada pengusutan kasus. Kematian Pak Ali disebabkan keracunan obat nyamuk cair. Kematian Bu Ali dianggap bunuh diri karena depresi sebab menanggung banyak utang. Syafri, putranya masih tak terima dengan kematian orang tuanya. Dia terus menuduh saya sebagai biang keladi sampai berkali-kali berusaha menyerang saya. Nasib membawanya ke penjara. Lebih mudah menangkap orang seperti Syafri kan? 

Penyerangan yang menimpa ayah saya dianggap sebagai penyerangan oknum tak dikenal seperti yang terjadi pada kasus ibu saya dan Pak Urip sebab kesamaan profesi. Saya sudah bosan pernyataan yang memakai kata ‘oknum’ untuk menyembunyikan fakta di lapangan. Bagaimana bisa orang awam tahu daftar nama yang saat itu saya kirimkan pada atasan sebagai bentuk pelaporan kerja? 

Lihat selengkapnya