Enam bulan sebelumnya.
Di taman Kampus, saat itu masih pukul tujuh malam Waktu Indonesia Barat. Namun, kelihatannya langit tampak suram, mendung tertutup awan abu-abu. Angin menyiur perlahan menyibak kesunyian di antara dua insan yang sedang dihadapkan oleh masalah percintaan. Edo dan Diana sedang membicarakan masalah yang serius. Gilang dan beberapa teman dekat Edo hanya bisa melihat dari kejauhan jika keduanya sangat gusar.
Diana adalah mahasiswi dari Kampus lain yang sudah dipacari Edo sejak keduanya masih ingusan. Namun, malam ini kekasih hatinya itu akan memberikan kabar buruk untuk hubungan mereka. Diana akan memutuskan Edo karena ia menyetujui rencana perjodohan Orang tuanya dengan seorang Tentara berpangkat Kapten.
“Gila kamu, Diana. Kita udah pacaran hampir sepuluh tahun, dari SMP. Orang yang nikah aja belum tentu bisa seawet itu. Sekarang mendadak kamu bilang dijodohin sama Orang tua kamu?! Sumpah gila,” geram Edo mengusap wajahnya, menutupi kedua matanya yang masih tidak percaya apa yang barusan didengarnya. Tak sedikit Edo mengerang, seperti mengeluarkan kemarahan dan menahannya bersamaan.
Matanya memerah menahan amarah, telinga dan ubun-ubunnnya merasakan panas karena seluruh aliran darahnya mengumpul di kepala. Bagaimana tidak, Edo merasa tahunan telah dibohongi oleh Diana. Dan pengorbanannya selama ini sia-sia saja. Padahal Edo sedang menempuh kuliah di semester tujuh begitu pula dengan Diana. Sudah banyak rencana setelah lulus kuliah nanti, Edo akan mencari pekerjaan dan melamar Diana menjadi istrinya. Sedikit lagi, tetapi semuanya kandas.
“Sorry, Do. Tapi, aku nggak bisa nolak keinginan Papa dan Mama lagi. Lagipula aku capek pacaran terus dan mereka nggak pernah ngerestuin kita,” balas Diana mengeluarkan perasaan frustrasinya.
“Jadi, begini aja akhirnya. Buat apa capek-capek sepuluh tahun sama kamu, astaga! Kupikir kita akan berjuang sampai akhir!!” keluh Edo beranjak dari bangku taman. Kedua tangannya menolak pinggang, saat ini rasanya ingin menghancurkan sesuatu. Namun, hanya ada pohon besar, bangku besi dan tanaman hias dipot-pot besar yang tak bersalah. Hampir saja kedua kakinya berlutut di hadapan Diana untuk memohonnya kembali, tetapi ia tak melakukannya. Percuma saja, Orang tuanya dan juga Diana sudah menyetujui perjodohan itu.
“Kapan?” tanya Edo dengan mulut mengatup cepat.