Manusia dan AI

Andi Abhar
Chapter #1

BAB 1

Perang besar antara robot AI dan manusia yang berlangsung selama 59 tahun telah berakhir lima tahun lalu. Sekarang, tanggal 24 Februari 2174. Ketika AI menang, banyak orang mengira bahwa era manusia telah berakhir. Namun, kenyataannya tidak demikian. Robot AI hanya ingin hidup berdampingan dengan manusia, setidaknya pada awalnya.

Sofia Halelubis, seorang veteran perang yang kini berusia 25 tahun, ikut serta dalam perang sejak usia 10 tahun. Wajahnya mulus meskipun terdapat sedikit goresan di atas alis kirinya akibat perang, yang tidak terlalu nampak dari jauh. Hidungnya mancung, bibirnya berwarna merah muda yang indah, dan rambut pirangnya lurus dengan beberapa helai berwarna pink di bagian depan kiri dan kanan, panjang hingga punggung. Matanya yang sedikit besar dengan pupil berwarna biru menambah pesona kecantikannya. Bukan karena Sofia ingin sombong, tetapi itulah yang dikatakan oleh orang-orang.

Sekarang, Sofia bekerja sebagai guru sekolah dasar. Ia tinggal di Indonesia, tepatnya di provinsi Celebas, kota Cybercrob, di Jalan Nusantara 17, Blok C, No. 6, tingkat 3. Tingkat 3 mungkin terdengar asing bagi orang-orang yang tidak tinggal di pusat kota. Tingkat ini melambangkan bahwa ada bangunan yang melayang bersusun ke atas.

Kota Cybercrob adalah perpaduan indah antara modernitas dan alam, dengan banyak pepohonan meskipun berada di pusat kota. Matahari masih bisa menembus bangunan yang melayang karena jarak antarbangunan minimal 30 meter. Udara di kota ini sejuk, namun sayangnya, wali kotanya adalah robot AI, yang membuat Sofia merasa sedih meskipun itu adalah kenyataannya.

Dunia politik saat ini dipimpin oleh 80% manusia, dan sisanya adalah robot AI. Sebagian besar manusia yang memegang jabatan penting adalah mereka yang mendukung AI dalam perang. Menteri Pendidikan dan Menteri Pertahanan saat ini adalah robot AI. Meski sekarang adalah masa damai, kebencian Sofia terhadap AI belum hilang. Mereka adalah pihak yang membunuh ayahnya, Presiden Ahmad Josua Halelubis, yang memimpin pertempuran melawan AI lima tahun silam.

"Bu, Bagas mau bertanya..." seorang anak robot bertanya kepada Sofia.

"Iya, anakku. Mau bertanya apa?" jawab Sofia dengan nada lembut.

"Kata Mama, manusia itu benci dengan robot AI seperti kami. Berarti Ibu Guru benci dengan Bagas?" tanya Bagas dengan muka sedih.

"Tidak, Bagas... Ibu tidak benci kok. Mau manusia ataupun robot, Ibu sayang kalian semua," jawab Sofia sambil tersenyum.

Lihat selengkapnya