Di mulai dari ledakan Kambrium 530 juta tahun lalu sebagai wahana super kreasi yang menghambur beragam jenis filum, sampai pada sang moyang—Tetrapoda—yang merangkak melangkahkan kaki untuk pertama kali keluar dari kubangan air menuju daratan, hingga pada puncak entropi kematian alam semesta yang akan membeku, gelap, dingin, sunyi hingga hampa milyaran tahun mendatang. Aku organisme kecil setinggi 153 sentimeter terhimpit di antara kompleksitas transisi dan riwayat evolusi ribuan kali di bumi, mulai kembali menapaki babak baru dalam kehidupanku yang lama statis dan menyedihkan. Ini hari keduaku masuk sekolah di SKB Paket C.
Di tengah siklus Mahayuga yang konon terus berputar di antara Satyaguga–Tretayuga–Dwaparayuga hingga Kaliyuga lalu kembali lagi ke siklus zaman pertama, eksistensiku menyempil sedikit. Kisah hidupku jelas tak sehebat epos Ramayana apalagi Mahabharata, tetapi akan kupatri kisahku sendiri di sekolah ini dengan tinta-tinta emas yang siapapun akan sulit untuk lupa. Astaga, belum apa-apa diriku sudah teler keangkuhan, mabuk kesombongan. Alih-alih merefleksikan diri sebagai Sri Krishna, jangan-jangan di sini aku hanya seorang Duryodhana?
Jangan ditanya seberapa sukanya aku dengan serial kolosal India. Sebut saja Mahabharata, RadhaKrishna, Luv and Kusha, Suryaputra Karna, Siya Ke Ram, Shiva Ki Premgatha, di antara judul-judul yang berkali-kali sudah aku tamatkan dan khatamkan. Aku memang tidak pernah membatasi tontonan hiburan, sejak SD aku penikmat telenovela asal negeri sombrero—Meksiko, bahkan Betty La Fea dari Kolombia. Di masa-masa SMP aku menggandrungi drama Taiwan, Jepang dan Korea. Dan untuk India, rakyat Indonesia mana yang tak senang Bollywood dan serial mitologinya? Kalau pun ada, masih lebih banyak yang suka daripada yang tidak.
Arwah udhek-udhek beserta arwah gantung siwurku di alam sana pasti berbangga mengetahui ada anak cucunya yang menyukai kisah-kisah epik dalam kitab Purana.
Merunut dari pohon silsilah milik jalur ayah, baru sebatas lima generasi saja dari keluargaku yang beragama Islam. Selebihnya jika ditelusuri hingga ke atas akarnya mereka semua akan ditemukan masih menganut Kaharingan—nama lokal untuk Hinduisme. Dilihat dari nama kami saja hanya aku, Bapak dan Kakek yang namanya sudah bernapaskan islami, sisanya berupa nama-nama aneh yang tampak berasal dari zaman ketiga di dunia Lord of The Rings buatan Tolkien.
Sunatullah—Nurdin—Rusmawan—Kuram—Duraup—Kuluman.
Efek tak terelakkan dari batasan direksi DNA serta ruang gerak genetika dalam kacamata determinisme absolut yang menyebut jika manusia tak bisa memilih untuk dilahirkan dimana, maka aku terlahir bukan dalam keluarga pembaca Weda. Aku lahir dan besar dalam keluarga muslim yang tentu saja jika ditarik ke akar primordialnya maka aku adalah bagian dari keluarga besar genesis—nama lain dari kitab kejadian. Literatur paling awal kepercayaan Abrahamik. Akar keyakinanku adalah rumpun Semitik bukan rumpun Arya. Bahasa kitab suciku adalah Ibrani, Aramaik dan Arab, bukannya Sansekerta. Aku tak memuliakan seorang Brahmin, tetapi aku orang yang dalam salatnya selalu mendoakan Nabi Ibrahim.
Sejak Tuhan memulai penciptaan hingga memberi Adam hakikat kedudukan sebagai satu-satunya makhluk yang dicipta menurut rupa dan gambar-Nya, maka aku merasa berhak menganggap diri ini istimewa. Adam adalah kakekku, darahnya juga mengalir dalam nadiku bersama nadi delapan milyar manusia lain. Tetapi dari delapan milyar manusia itu mungkin aku termasuk dari sedikit orang yang menyadari seberapa besar potensi yang diwariskan oleh kakek kami, Adam. Makna manusia tercipta serupa dan segambar dengan Tuhan kuyakini sebagai ekspresi bahwa kemampuan manusia itu tak mengenal batasan. Limitless.
Manusia dipercayakan menjadi khalifah di bumi. Hayawan nathiq, the animale rationale. Manusia mampu menundukkan laut, menjelajah langit, mengarungi luasnya galaksi bima sakti, menyentuh bintang-bintang, berlarian loncat-loncat di permukaan bulan. Manusia dapat menyembuhkan diri mereka sendiri lewat jalur instan seperti meditasi atau dengan ilmu pengetahuan melalui temuan obat-obatan. Manusia bisa membakar lemak di tubuh mereka, memperbaharui sel yang mati, membunuh kanker dan menyambung tulang yang patah. Manusia mampu berlari 350 kilometer perjam dalam kecepatan peluru, menciptakan burung-burung baja pengarung angkasa penjelajah antar benua, atau sekedar menciptakan makhluk melata sejenis otopedidae (Hoverboard) agar manusia tak perlu menggunakan kaki-kaki mereka untuk menuju dari satu titik ke titik lainnya. Manusia tak membatasi ruang gerak mereka lagi walau hanya memiliki dua buah kaki.