Manusia Daur Ulang

Raz Aka Yagit
Chapter #5

Abiogenesis

Di mulai dari ledakan Kambrium 530 juta tahun lalu sebagai wahana superkreasi yang menghambur beragam jenis filum, sampai pada sang moyang—Tetrapoda yang merangkak melangkahkan kaki untuk pertama kali keluar dari kubangan air menuju daratan, hingga pada puncak entropi kematian alam semesta yang akan membeku, gelap, dingin, sunyi hingga hampa milyaran tahun mendatang. Aku organisme kecil setinggi 153 sentimeter, terhimpit di antara kompleksitas transisi dan riwayat evolusi ribuan kali di bumi, kembali menapaki babak baru dalam kehidupanku yang lama statis dan menyedihkan. Ini hari keduaku masuk sekolah Paket C.

Di tengah siklus Mahayuga yang konon terus berputar di antara Satyaguga–Tretayuga–Dwaparayuga hingga Kaliyuga lalu kembali lagi ke siklus zaman pertama, eksistensiku menyempil sedikit. Kisah hidupku jelas tak sehebat epos Ramayana apalagi Mahabharata, tetapi akan kupatri kisahku sendiri di sekolah ini dengan tinta-tinta emas yang siapapun akan sulit untuk lupa. Astaga, belum apa-apa aku sudah teler keangkuhan. Alih-alih merefleksikan diri sebagai Sri Krishna, jangan-jangan di sini aku hanya seorang Duryodhana?

Jangan ditanya seberapa sukanya aku dengan serial kolosal India. Sebut saja Mahabharata, RadhaKrishna, Luv dan Kusha, Suryaputra Karna, diantara judul-judul yang berkali-kali sudah aku tamatkan. Aku memang tidak membatasi tontonan hiburan, sejak SD aku penikmat telenovela asal negeri sombrero, Meksiko. Di masa-masa SMP aku menggandrungi drama Jepang dan Korea. Untuk India, rakyat Indonesia mana yang tak suka Bollywood? Kalau pun ada, masih lebih banyak yang suka daripada yang tidak. Arwah udhek-udhek dan gantung siwurku di alam sana pasti bangga mengetahui ada anak cucunya yang menyukai kisah-kisah epik dalam Purana. 

Merunut dari pohon silsilah milik jalur ayah, baru sebatas lima generasi saja dari keluargaku yang beragama Islam. Selebihnya jika ditelusuri hingga ke atas akarnya mereka semua akan ditemukan masih menganut Kaharingan—nama lokal untuk Hinduisme. Dilihat dari nama kami saja hanya aku, Bapak dan Kakek yang namanya sudah bernapaskan islami, sisanya berupa nama-nama aneh yang tampak berasal dari zaman ketiga didunia Lord of The Rings.

Sunatullah—Nurdin—Rusmawan—Kuram—Duraup—Kuluman.

Efek tak terelakan dari batasan direksi DNA serta ruang gerak genetika dalam kacamata determinisme absolut yang menyebut jika manusia tak bisa memilih untuk dilahirkan dimana, maka aku terlahir bukan dalam keluarga pembaca Weda. Aku lahir dan besar dalam keluarga muslim yang tentu saja jika ditarik ke akar primordialnya maka aku adalah bagian dari keluarga genesis—nama lain dari kitab kejadian. Akar keyakinanku adalah rumpun Semitik bukan rumpun Arya. Bahasa kitab suciku adalah Ibrani dan Arab, bukannya Sansekerta. Aku tak memuliakan seorang Brahmin, tetapi aku orang yang dalam salatnya selalu mendoakan Nabi Ibrahim.

Sejak Tuhan memulai penciptaan hingga memberi Adam hakikat kedudukan sebagai satu-satunya makhluk yang dicipta menurut rupa dan gambar-Nya, maka aku merasa berhak menganggap diri istimewa. Adam adalah kakekku, darahnya juga mengalir dalam nadiku bersama nadi delapan milyar manusia lain. Tetapi dari delapan milyar manusia itu mungkin aku termasuk dari sedikit orang yang menyadari seberapa besar potensi yang diwariskan oleh kakek kami, Adam. Makna manusia tercipta serupa dan segambar dengan Tuhan kuyakini sebagai ekspresi bahwa kemampuan manusia itu tak mengenal batasan. Limitless.

Manusia dipercayakan menjadi khalifah di bumi. Hayawan nathiq, the animale rationale. Manusia mampu menundukan laut, menjelajah langit, mengarungi luasnya galaksi bima sakti, menyentuh bintang-bintang, berlarian loncat-loncat di permukaan bulan. Manusia dapat menyembuhkan diri mereka sendiri lewat jalur instan seperti meditasi atau dengan ilmu pengetahuan melalui temuan obat-obatan. Manusia bisa membakar lemak ditubuh mereka, memperbaharui sel yang mati, membunuh kanker dan menyambung tulang yang patah. Manusia mampu berlari 350 kilometer perjam dalam kecepatan peluru, menciptakan burung-burung baja pengarung angkasa penjelajah antar benua, atau sekedar menciptakan makhluk melata sejenis otopedidae (Hoverboard) agar manusia tak perlu menggunakan kaki-kaki mereka untuk menuju dari satu titik ke titik lainnya. Manusia tak membatasi ruang gerak mereka lagi walau hanya memiliki dua buah kaki. 

Dengan segala kemampuan maha cipta itu, manusia sedikit demi sedikit mulai meniru sifat-sifat penciptaan sang penciptanya. Itulah alasan kenapa Allah disebut mencipta manusia dengan wajah dan rupa-Nya sendiri. Al-Qur'an disisi kami bahkan menyatakan semua malaikat diperintah sujud kepada Adam. Saat kompetensinya sebagai penguasa bumi diragukan, Adam membungkam keraguan para malaikat. Ia menyebutkan semua nama yang diperintahkan Allah untuk disebutkan. Ayat yang menurut penafsiranku pribadi merupakan gambaran bahwasanya Adam menyimpan segala puncak ilmu pengetahuan, semua yang tengah dimuntahkan oleh manusia dimasa sekarang untuk menyusun batu bata pembangun istana peradaban.

Lihat selengkapnya