Manusia Daur Ulang

Raz Aka Yagit
Chapter #11

Rosa Centifolia

Sejauh riwayat yang kuingat, tak pernah ada siswi yang mengungkapkan perasaannya kepadaku. Tak ada perempuan yang mengutarakan cintanya, mengatakan kalau aku pujaan hatinya. Tidak ketika SD, tidak pula saat SMP, tak tahu bagaimana SMA karena aku baru beberapa bulan menjalaninya. Kalaupun ada tawaran itu, aku tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Pengalamanku berpacaran hampir senihil pengalamanku mengalami pingsan. Aku tak pernah hilang kesadaran hingga tak tahu bagaimana rasanya. Begitu pun berhubungan dengan lawan jenis, aku tak tahu caranya. Usiaku sudah lewat masa remaja. Masa pubertas kuhabiskan hanya dengan banyak-banyak berpuasa—menahan hawa nafsu. Pada usia yang sematang ini aku bahkan tak punya sama sekali pengalaman bercinta dengan wanita. Sangat patut dikasihani.

Sebagai manusia normal, selain ingin mendapatkan pekerjaan yang bernominal aku juga mendambakan bisa berkeluarga, memiliki istri dan anak seperti orang-orang seusiaku. Sekali menyelam minum air, atau sekali kayuh dua tiga pulau terlampaui. Selain mendapatkan ijazah kemudian bisa melamar pekerjaan setelah lulus, aku tak menolak jika aku juga menemukan jodoh di Paket C ini. Kalau bisa kuringkas saja semua rencana besar hidupku di tempat ini. Tetapi itu hanya pikiran sesaatku, hayalan lalu yang sekedar lewat tak kenal permisi. Sejujurnya aku tak terlalu memikirkan bagaimana nasib percintaanku nanti. Apa aku benar memiliki jodoh di dunia ini atau bernasib sama seperti ulama-ulama Islam yang besar dan mahsyur namanya yang kebanyakan dari mereka selibat hingga nyawa menutup usia. Sebut saja Imam Nawawi ad Dimasyqi, Jarir Ath Thobari hingga Ibnu Taimiyah. Namun para ulama klasik ini tidak menikah bukan karena mereka tak menginginkannya, melainkan karena fokus dan pusat pikiran mereka hanya tertuju dan didedikasi penuh pada lokus-lokus ilmu. Menuntut ilmu agama jauh lebih menarik daripada pesona seorang wanita. Aku tentu saja berbeda dengan mereka. Aku hanya pria biasa yang sedikit banyaknya punya mimpi untuk dapat memiliki keluarga kecil sendiri.

Aku tak menolak jika ada yang mengutarakan perasaannya padaku di sini. Tapi siapa? Masa ketika sudah mengalami indahnya dunia SMA aku masih tak memiliki kisah romansa sejumput-jumput acan? Sebenarnya hidupku ini bergenre apa? Komedi apa azab ilahi?

Kalau masalah ketampanan, parasku bisa diadu dengan Anjasmara. Atau kalau mau perbandingan yang lebih kekinian, wajahku hampir setampan Andika Pratama. Aku mewarisi tampang rupawan dari mendiang Ibu. Kecantikan Ibuku bertajjali pada ketampanan sang buah hati yakni aku. Bapakku juga tak jelek-jelek amat, malah banyak yang bilang Bapak mirip Rano Karno. Tuduhan itu kuakui sendiri benar adanya. Bapak memang punya kemiripan dominan dengan pemeran dari si Doel Anak Sekolahan. Sebelas dua belas kemiripannya. Mata yang sama, bibir dan hidung yang sama, bahkan tempelan kumis tebal yang bak gatot kaca, itu Rano Karno sekali. Sampai ke tahi lalat yang seperti biji buah pepaya itu pun Bapak punya. Bedanya jika Rano Karno di dagu, milik Bapak di bagian atas hidung sebelah kanan, hampir dekat ke jidat.

Meski wajah Bapak yang mirip, tapi malah model rambut anaknya sehari-hari yang mengikut Rano Karno muda. Hanya gaya rambut panjang semi gondrong ini saja yang cocok denganku sejak dulu. Jabrik urakan, klimis tak pantas, gundul apalagi, bisa-bisa aku dikira Tuyul ketika berjalan kaki dimalam hari. Intinya aku pemuda tampan meski postur tubuhku anti-tesis dari binaragawan.

Di Paket C aku tak terlalu memikirkan tentang cinta. Jika bertemu syukur jika tidak ya cari di tempat lain. Fokusku saat ini hanya ingin belajar yang tekun kemudian lulus dengan nilai terbaik lagi mengesankan. Aku juga masih bermimpi ingin menjadi sarjanawan. Aku ingin menorehkan prestasi, mendapatkan ijazah SMA yang aku damba-dambakan kemudian melamar pekerjaan setelah lulus, baru aku akan serius memikirkan tentang cinta, wanita atau rencana membangun sebuah rumah tangga.

Hari ini di Paket C kami kedatangan beberapa PC all in one baru bermerk Apple. Merek ternama lho itu. Komputer-komputer baru ini datang untuk menggantikan PC lawas yang sudah lama digunakan sebelumnya. Tampaknya ada pembaharuan dan restrukturisasi fasilitas anak didik. Semua komputer tersebut dibawa ke ruang pembelajaran komputer kami. Dulu aku salah pernah meng-understimate sekolah non-formal ini. Ternyata kalau masalah modernitas dan kelengkapan fasilitas, SKB Paket C tak kalah dengan sekolah formal lain. Selain ruang multimedia seperti ruang komputer, materi pembelajaran di Paket C juga kadang dibawakan menggunakan bantuan mesin proyektor Epson EB-X450. Sangat canggih dan mengikut zaman!

Lihat selengkapnya