Suaranya tak selembut sutra. Dia terdiam mematung di depan sana.
Curigaku memuncak. Ku turun dari atas motor besar.
Melangkah perlahan menghampirinya. Sambil melepas Helm yang melekat di kepalaku.
"Ini. Ku kembalikan!".
Ku serahkan kembali pada Rizky. Karana Dia Sang pemilik Helm.
Sudah berdiri di hadaoan Laki-laki bisu ini.
"Kau sudah bosan hidup!".
Ku membentak keras padanya.
" Menyingkir kau dari jalanku!".
Ku memandang tajam wajahnya.
Walau berdiri berjauhan. Namun,tetap terasa dingin di area sekitar Dia.
Masih saja membisu.
Sekali pun berucap. Kata-katanya membingungkan.
"Jauhi Dia!".
Dua kata tertutur singkat.
Suaranya dingin seperti sikapnya.
Terasa hampa seperti pandangnya.
" Apa maksudmu?". Ditanya heran oleh Raeni.
Wajahnya membusung mempertanyakan maksut arah pembicaraan Haedar.
Namun,pria dingin ini kembali terdiam,dengan sorot mata berwarna biru air ini,memandang tajam pada Rizky yang terduduk diatas sepeda motor besar miliknya.
"Apa maksudmu?". Memaksanya,menekan di setiap kata.
Raeni kesal memerah.
Dan Iki mulai berkata.
" Sudah Raeni." Mengarah pada Raeni.
" Biarkan saja Dia!". Namun,memandang tajam pada Haedar.
(Tahu bukan pertarungan keduanya).
(Ini lah yang membuat keduanya saling menatap tajam satu sama lain.)
Iki berujar. Raeni pun menanggapinya.
"Baik".
Diambil kembali Helm pemberian Iki,yang tersangkut di kaca Motor.
" Ayo cepat pergi!!!".
Sambil naik kembali keatas Motor, beriringan dengan mengenakan Helm nya kembali.
Tangan kanan Haedar terlepas dari Body depan Motornya Iki.
Dan sedikit menepi darinya.