Many Things Happened

Naomi Indira
Chapter #3

CHAPTER 2 : JALAN KELUAR

CHAPTER 2 : JALAN KELUAR

 

  Aku sedang mengobrol dengan temanku di chat. Temanku kemarin lolos ke perguruan tinggi dengan jurusan yang dia impikan. Dia masuk ke perguruan tinggi dan jurusan yang merupakan impianku. Namun sekarang dia memiliki masalah karena ternyata UKT yang diberikan oleh perguruan tinggi tersebut cukup mahal.

“Leon, berapa UKT yang kau dapatkan disana?”

“Hmmm, aku mendapat UKT cukup tinggi disini. Entahlah, kupikir perguruan tinggi negeri biayanya akan sedikit ringan.”

“Hmm apa kau mengisi sesuai dengan gaji orangtuamu?

“Ya, tapi aku mendapat lebih tinggi dari itu.”

“Berapa UKT mu?”

“Sekitar 12 juta per semester.”

“Wah itu mahal sekali, kau harus semangat belajarnya Leon, atau 12 juta mu akan hilang begitu saja.”

“Hahahahah”

  Saat sedang asik mengobrol di chat, tiba tiba ibuku mengetuk pintuku dan masuk ke dalam kamar. Sepertinya dia ingin membicarakan hal yang cukup penting.

Tok tok

“Nak? Clement? Apa kau di dalam?”

“Iya ma, aku di dalam.”

  Ibuku masuk ke dalam kamarku untuk menanyakan bagaimana keadaanku. Ibuku sangat hebat, walaupun semua ini terjadi secara tiba tiba, dia tetap tangguh di depanku. Dia kemudian menanyakan sesuatu yang membuatku kembali terpikir.

“Hei, nak, mama mau bicara sesuatu.”

“Kenapa ma”

“Kamu jadi mau kuliah dimana?”

“Eh- eumm.. aku belum memikirkannya lagi ma..”

“Maaf ya Clement, sepertinya mama.. tidak bisa menyekolahkanmu di kampus yang mahal.”

“Kenapa ma?”

“Sejak papa meninggal, sepertinya keadaan ekonomi kita akan berantakan. Maaf ya Clement, mama akan berusaha menjadi tulang punggung keluarga kita. Mama akan mencari pekerjaan agar bisa menyekolahkanmu. Kalau kamu benar benar mau kuliah di tahun ini, carilah beasiswa atau kampus dengan biaya yang murah terlebih dahulu, maafkan mama ya.”

  Aku begitu sedih, sekarang ibuku harus bekerja. Aku sadar alasan Tuhan tidak meloloskanku di perguruan tinggi mungkin salah satunya karena ini. Namun, hal ini terlalu menyedihkan bagiku. Saat ini aku sedang belajar tipis tipis untuk mempersiapkan ujian di tahun depan kalau saja aku benar benar tidak mendapatkan jalan keluar di tahun ini.

“Ma, tidak perlu minta maaf, aku akan berusaha untuk mencari beasiswa, ataupun mencari jalan keluar. Mama tidak perlu khawatir, kalau bisa aku akan mencari ini semua sembari melakukan kerja part time.”

“Kau memang anak yang baik, Clement, semoga Tuhan selalu bersamamu ya. Selalu andalkan Tuhan dimanapun kau berada. Jangan mengandalkan dirimu sendiri. Kekuatan manusia tidak ada apa apanya apabila dibandingkan dengan kekuatan Tuhan.”

“Baik ma, aku akan berusaha.”

  Aku masih percaya, jalan Tuhan pasti ada saja. Tidak ada yang mustahil, tidak ada yang tidak mungkin. Aku yakin semua pasti memiliki hal positif untuk dipetik. Setelah menyelesaikan obrolan dengan ibuku, aku kembali melakukan chat dengan teman temanku yang lain. Beberapa dari temanku juga merupakan orang orang yang kurang mampu. Namun mereka beruntung mendapat perguruan tinggi karena prestasi mereka. Sekarang mereka sedang mendaftar beberapa bantuan pemerintah. Namun ada masalah yang terjadi saat ini. Beberapa website pemerintah diretas oleh seorang peretas dan hal ini sungguh aneh dikarenakan sekelas website pemerintah masih bisa mengalami peretasan. Website yang digunakan untuk mendaftar beasiswa pemerintah tidak dapat diakses dikarenakan website tersebut diretas. Aku mencoba bertanya kepada salah seorang temanku untuk memastikan kebenarannya. Aku bertanya kepada temanku melalui chat dan aku mendapatkan kabar yang cukup membuatku terkejut.

“Haiii, Irene, apa kau jadi mendaftar bantuan pemerintah? Aku dengar website nya tidak dapat diakses ya?”

“Halo Clement, iya kau benar, website nya tidak dapat diakses karena eror, kalau sampai pendaftaran ulang website ini tidak dapat diakses, sepertinya aku tidak akan melanjutkan pendaftaranku.”

“Kenapa?”

“Aku, tidak punya uang Clement. Aku tidak bisa membayar, maka dari itu aku mungkin saja tidak jadi mengambil perguruan tinggi tersebut.”

“Sayang sekali, semoga ada jalan keluar untukmu ya, percaya saja pada Tuhan.”

“Iya Clement, terimakasih banyak.”

  Aku mengakhiri obrolanku dengan Irene. Sungguh ironis hal ini bisa terjadi. Kalau sampai ada orang yang sampai tidak kuliah dikarenakan kegagalan seperti ini, bukankah secara tidak langsung pemerintah gagal untuk mengembangkan sumber daya manusia di negara ini? Aku berpikir dalam hati bahwa pemerintah belum sepenuhnya bisa memanfaatkan sumber daya manusia di negara ini. Dari banyaknya lulusan teknik informatika, kenapa tidak dimanfaatkan untuk kemajuan negara? Kenapa tidak dikirim saja ke pelosok daerah untuk mengembangkan suatu daerah dengan teknologi. Seharusnya pendidikan kita bisa lebih berkembang. Apa gunanya menghasilkan lulusan berkualitas namun tidak ada lapangan pekerjaannya. Seharusnya mengetahui website pemerintah akan diretas seperti ini mereka bisa mengambil beberapa anak muda jenius di bidang komputer di negara ini untuk membuat sistem keamanan siber yang lebih baik.

Lihat selengkapnya